Thursday, January 21, 2016

Cuti Awal Tahun (Part 1): Siantar, hours for a wedding

Minggu yang lalu, saya dan seorang teman "ngetrip" ke daratan Sumatra Utara. Tujuan utamanya si sebenernya menghadiri pernikahan sahabat kami Jenny dan Bang Atur di Pematang Siantar. Kalau denger ceritanya Jenny, pernikahan Batak itu ruwet hehehe. Awalnya pernikahan itu diselenggarakan pada hari Minggu. Namun, karena ada salah satu keluarga yang berbeda agama dan meyakini bahwa pernikahan tidak bisa dilaksanakan pada hari Minggu, maka ditetapkanlah pernikahan itu akan dilaksanakan pada hari Kamis. Untuk teman dan handai taulan yang bekerja, tentu jadi problem sendiri untuk hadir. Hihihi, tapi buat saya sambil menyelam minum air. Jauh-jauh ke Siantar kenapa nggak jelajah Sumut sekalian? Hehehe diputuskanlah kami untuk cuti selama 3 hari, mulai dari hari Rabu sampai Jum'at, kembali ke Jakarta hari Minggu dengan rute trip kami Kualanamu-Pematang Siantar-Samosir-Medan. It would be amazing!

Bagi saya, ke medan adalah untuk kedua kalinya. Tapi belum untuk ke kota-kota lainnya. Jadi tetap kami mempersiapkan mulai dari tiket, akomodasi hingga budget. Saya dan Ira memutuskan untuk bertemu di Kualanamu, karena kami memakai maskapai yang berbeda.

Pematang Siantar

Ini adalah tujuan pertama kami, karena di sinilah sahabat kami akan menikah keesokan harinya. Setelah bertemu di Kuala Namu (nggak sempet mengagumi airportnya), kami langsung menuju agen travel langsung ke Pematang Siantar. Jangan kaget dengan banyaknya orang yang menawarkan jasa taxi, itu biasa di airport. Tapi jangan panik, santai aja dan pura-pura sudah pernah datang kesini (hihi ini si taktik kami biar nggak ditarik-tarik orang). Begitu keluar dari pintu utama, kita akan dihadapkan dengan tiga papan petunjuk. Kanan untuk bus, Lurus untuk ke stasiun, dan kiri untuk ke pangkalan taxi. Atas saran Jenny, kami langsung membeli tiket ke Paradep Taxi. Awalnya kami bingung, karena Jenny bilang taxi, berarti ke kiri donk. Tapi Jenny bilang ke KANAN. Tapi kami ikutin saja sarannya untuk ke kanan. Ternyata PARADEP Taxi itu menggunakan armada sejenis bus (walaupun kadang2 memakai avanza atau xenia dan innova). Pantesan bingung hihihi..Dengan tiket per orang 45rb, perjalanan ke Siantar cukup nyaman, walaupun kadang bus kencengnya mirip kopaja, tapi sopirnya cukup lihai dan menguasai jalan. Sepanjang perjalanan, saya baru melihat dari dekat yang namanya perkebunan sawit. Luasnya mungkin bisa mencapai puluhan bahkan ratusan hektar. Hihihi langsung keinget asap RIAU..dudududuu tega juga ya demi bisnis, orang suru ngisep asap..jahat ih..Selain perkebunan sawit, ada juga perkebunan karet. Beberapa kali juga saya melihat plang nama perkebunan dikelola oleh PT. Perkebunan Nasional (PTPN). Semoga PTPN tidak termasuk yang ikut membakar lahan yach..dan banyak juga penjual dureeeeeeeeen...Aih mata saya langsung ijo melihat duren. Sampai sekarang pun masih kebayang aroma harumnya duren matang. Duren Siantar memang terkenal! selain Durian Medan (Baca: Berburu Durian Ucok)

Pajak Horas
Mencari hotel di sini tidaklah mudah, karena kotanya jarang dan tidak banyak tempat wisata yang bisa kami kunjungi. Pematang Siantar lebih mirip dengan kota administratif atau kota bisnis, karena roda ekonomi masyarakat sepertinya bertumpu pada perdagangan. Ini terlihat dari pasar induk atau yang dikenal dengan Pajak Horas sangat ramai. Setelah browsing sana sini, kami memutuskan menginap di Hotel Horison. Pertimbangannya adalah ada kolam renang yang lumayan nyaman untuk berolahraga. No wonder, karena hobi saya adalah berenang. Jadi pertimbangan fasilitas kolam renang itu penting banget! :D untuk hotel dengan rate bintang **** (4), menurut saya si harganya nggak terlalu mahal. 420ribu permalam, dibagi dua, jadi per orang cukup membanyar 220 dengan mendapat fasilitas hotel bintang 4 (kolam renang, kamar nyaman, dan sarapan yang cukup variatif plus sebelahnya ada supermarket besar dan punya pintu akses langsung dari hotel). Letak hotel ini persis di tepi jalan utama, jadi dari bis turun langsung depan hotel. Nggak perlu capek-capek nanya2 orang, sopir dan kondektur Paradep sudah tahu.
Pajak Horas
Nggak disangka juga, ternyata hotel ini menyediakan fasilitas antar jemput dengan biaya 75rb sekali antar jemput. Jadi nggak perlu repot-repotlah kami mencari mobil rental untuk ke gedung resepsi. Hal yang menyenangkan lainnya, ada sebuah warung makan menu padang persis di seberang hotel yang menyediakan semua menu seharga 8ribu. Waaaaawww...enak, murah, dan (mudah-mudahan) halal! karena menunya padang semua.Hihihi..tapi jadinya fix, kami nggak kemana2 selain kondangan. Tapi kami sempat membeli oleh-oleh Selai Srikaya. Ada dua toko yang terkenal yaitu Toko Roti Ganda dan Toko Sedaap. Toko Roti Ganda memang terkenal dengan roti srikaya dan selai srikayanya. Tapi atas rekomendasi driver hotel, katanya kalau untuk selali ke toko Sedap. Ternyata toko Sedap mirip dengan warung kopi ala novelnya Andrea Hirata. Oldies dan khas banget. Pas kami kesana, pengunjungnya lelaki semua. Pemilik toko ini adalah pria keturunan Tionghoa. Without any reason, kami pun membeli selai yang dihargai 50 ribu perbotol dan kopi siantar dengan harga 25rb per 1/4 kg. Sengaja kami nggak membeli Roti Ganda yang terkenal itu karena takutnya keburu basi kalau dibawa ke Jakarta. Karena kami masih beberapa hari lagi ke Samosir dan Medan.

Acara pemberkatan di Gereja Batak
Seorang teman berseloroh ketika saya menjawab bahwa saya ke Pematang Siantar untuk liburan. Dia bilang, "sejak kapan Pematang Siantar jadi tempat tujuan liburan wisata?" hahaha..rupanya benar, sahabat kami sendiri, Jenny, nggak bisa bercerita banyak tentang tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi. Meskipun sebelumnya ketika kami browsing ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi seperti kebun binatang dan patung Dewi Kwan Im. Tapi karena lelah, cukuplah kami melihat patung tersebut dari kejauhan di dalam mobil. Nothing could been told more. Jadi di part ini, yang bisa saya ceritakan adalah pernikahan orang Batak yang prosesinya panjang dan lamaaaaa..hehehe..

Menurut Ira yang sama2 Katolik (Jenny juga), prosesi Gereja memang agak sedikit lama dari sakramen pernikahan Katolik umumnya karena ada sedikit adat batak (semacam sungkeman dan pemberian ulos) dan tentunya bahasa pengantar campuran Indonesia dan Batak. Tapi yang benar-benar lama adalah acara resepsinya. Dimulai dengan menari Tor-Tor, kemudian menyambut keluarga diiringi tarian selamat datang dari penari-penari cantik berbaju adat. Rupanya acara menyambut ini pun lama banget. Mungkin ada sejam lebih kali hihihi..
 
Tari Tortor Penyambutan Pengantin

 
Menyambut keluarga besar

Berhubung saya muslim, saya diarahkan untuk ke ruangan satunya. Rupanya, kalau di acara pernikahan orang Batak, di dalam gedung tersedia dua buah ruangan. Satu untuk acara adat Batak (tersedia menu non halal) dan satu untuk Nasional/Islam (makanannya dijamin halal karena biasanya pesan catering dari rumah makan padang). Jadi ya sudah, saya nggak melihat acara adat yang di dalam gedung. Tapi terdengar cukup jelas acara berbalas sambutan full pake bahasa Batak. Di ruangan nasional/islam ini, ada juga pelaminan untuk bisa berfoto dengan pengantin, dan tersedia hiburan organ lengkap dengan penyanyi. Tamu undangan pun diperbolehkan untuk menyanyi. Walaupun kami sudah berfoto di Gereja (padahal sempet diomelin nggak boleh foto sama pemandu adatnya, karena udah telat ke gedung hahaha), tapi kami bertahan untuk menunggu pasangan mempelai berfoto di pelaminan. Hiks, tapi di acara resepsi ini kami harus menunggu selama kurang lebih 3 jam sebelum pengantin pindah ke ruangan kami. Panjang dan lama ya..bersyukurlah kami sabar demi sebuah foto hihihi...padahal mah narcis aja..

Keluarga mempelai wanita membawa
hantaran sebagai bekal berumah tangga
*rupanya yang gulungan besar itu bantal guling
Menariknya! banyak sekali ibu-ibu yang membawa semacam keranjang anyaman berbentuk silinder panjang warna warni dan mereka meletakkannya di atas kepala. Saya kira tadinya itu tempat makanan (daging babi/kerbau) yang akan dibagikan kepada anggota keluarga, seperti yang pernah saya lihat di acara pernikahan Batak di Jakarta. Hihi tapi saya salah, ternyata keranjang anyaman tersebut berisi beras sebagai bekal kepada mempelai wanita menjalani rumah tangga. Saya Selain itu, di acara resepsi ini, ada banyak pedagang kaki lima yang berjualan bahkan masuk ke beranda gedung untuk menawarkan dagangan, umumnya snack ringan semacam wajik (istilah jawa), kacang rebus, bahkan tuak. Sempat kaget juga ketika ada pemulung yang mengambil botol-botol dan plastik bekas. Hal yang sangat jarang di Jakarta kan ya..buat saya, semua itu sangat menarik. Memperlihatkan sisi lain dalam pemikiran saya. In the end, kesampaian jugaaak berfoto sama pengantinnya di pelaminan. Mirip dengan pelaminan melayu. Selesai berfoto kami cuzzzz balik ke hotel untuk istirahat dan packing untuk perjalanan ke Parapat dan Samosir besok paginya. Menunggu itu memang melelahkan hahaha..but we were soo exciting for tomorrow journey!
gadis penari
Kerabat yang membawa keranjang bekal untuk pengantin

Ruang Resepsi Nasional/Islam
Trio Penyanyi Batak
Maksa banget buat foto hihi
 *terpaksa nyegat pengantin


akhirnya bisa berfoto setelah berjam-jam nunggu

No comments:

Post a Comment

Banda Neira - Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (Live)

I'm just not brave enough to say, I love you..   mungkin memang hal bodoh tapi setidaknya biarkan semua hadir dan muncul dalam ingatanku...