Summer comes on the beginning of spring... :)
 |
my purple bike :* |
Jadi cerita hari ini adalah tentang sepedaan ke St. Pietersberg beberapa waktu lampau. Untuk acara sepedaan ini, saya sebenernya diajak oleh Bu Carla, Agung, Imam, dan Yohanes. Dan rupanya Luc, si care taker housingnya nael ikut juga. Jadi pas lah ada guidenya hihihi. St. Pietersberg ini adalah sebuah desa kecil di perbatasan Belanda, Flanders dan Wallonia. Letaknya tidak jauh dari housing saya di seputaran Brusselseport yang berdasarkan google map, kira2 jaraknya cuma 30 menit naik sepeda. Meeting point yang ditentukan adalah kantor polisi di Prins Bisschopsingel (sebelah Sint Hubertuslaan). Dari sanalah jalur sepedaan akan dimulai. Sebenernya kalau cuma ke fortress Sint Pietersberg itu cuma 15 menit. Tapi kami sengaja mengambil rute memutar melewati perbatasan dengan Belgia. Hitung-hitung sekalian olahraga hahaha. Kira2 jalurnya si begini.
Sesuai jalur di google map, di persimpangan pertama (yang kalau lurus akan langsung ke fortress), kami belok kanan mengambil jalur arah mergelweg. Di jalan mergelweg ini ada sebuah ranch atau padang yang digunakan sebagai kandang dan lapangan kuda. Hahaha saya merasa udik juga, soalnya baru pertama kali itu ngeliat ladang kuda hahahaha. Di pertigaan setapak kecil, kalau nggak salah namanya Jezüitenpad, kami belok kanan. Namanya jalan setapak desa, kecil dan berbatu. Ketika melewati sungai dan jembatan kecil, kami pun harus turun dan menuntun sepeda untuk menyeberangi jembatan tersebut. Itu pun harus bergantian dengan orang di seberang jembatan. Sungai yang kami seberangi itu sebenarnya kecil tapi airnya beniiing dan keliatan segaar banget hihi. Dingin pastinya. Setelah jembatan, kami melewati ladang pertanian dan bertemu dengan jalan besar (kalau ini disebutnya si jalan antar negara karena menghubungkan Belanda dan Belgia hihihi), namanya Cannerweg. Sepanjang jalan Cannerweg ini, kita akan disuguhi ladang pertanian yang luas dan berbukit. Saat itu kebanyakan si ladang jagung. Bisa dibayangin lah ya bagus banget.
 |
view dari atas Château Nercanne |
 |
garden view Château Nercanne |
 |
a bench in Château Nercanne Hill |

Kami pun kemudian mampir ke Château Neercanne, sebuah restoran unik yang berbentuk kastil. Sejarah restorannya sendiri berdiri belum terlalu lama yaitu setelah perang dunia kedua selesai. Namun untuk bangunan aslinya sendiri sudah ada sejak jaman romawi, dan pernah dihancurkan pada saat perang Liege pada tahun 1400an. Kastil ini kemudian dibangun kembali dan mengalami beberapa kali renovasi sampai sekarang digunakan untuk restoran dengan kategori "fine dining". Haha buat kantong mahasiswa, cukup ngeliat bangunannya aja dech. Mahal bok kalau mau makan di situ. Di belakang Château Nercanne ini, ada sebuah hutan kecil yang jadi salah satu favorit untuk berhiking. Kontur perbukitan dengan pohon-pohon besar nan rindang menjanjikan suasana alam yang menyehatkan dan menyegarkan. Sebenernya kami nggak ada rencana hiking, tapi spontanitas aja setuju untuk hiking berhubung Luc menawarkan diri untuk memandu dan doi bilang nggak jauh kok. Hahaha segera sepeda kami parkir dan dikunci bersama satu dan lainnya.
Ini tips, berhubung di Belanda umum terjadi pencurian sepeda (dan saya akhirnya pernah kecurian sepeda juga haha), maka salah satu cara mengamankab sepeda adalah mengunci sepeda bersama-sama dengan sepeda lainnya, tapi ini kl pas perginya rombongan lo ya haha.
Ternyata berhiking di hutan2 sekitaran Maastricht sangat menyenangkan. Sebenernya, ini memasuki musim sepi. Ee lha tapi kok mataharinya bersinar selayaknya di musi panas hihi..walaupun kadang agak masih kerasa sepoi dingin sisa-sisa winter. Oy, ada satu yang membuat saya dongkol banget. Udah semangat-semangat well-prepared banget nich, batere semalem saya charge full, kamera saya elap2, eeeee......memori cardnya kelupaan dipasang dan ketinggalan pula!!! Weeeeeeew...bete kan? Eh tapi ya udah si ya. Masih ada kamera ketjehnya yohanes, henpon mahalnya bu carla dan henpon terbatas memorinya si imam hahaha. Yuuk tetep donk foto sana sininya. Eh iya, ada yang musti diceritain lagi nich. Hehehe..emang pas banget nich kalau jalan sama Bu Carla. Nggak sangka, si ibu bawa wedang rondeeeee dan gorengaaaan!...aaaaah pas banget kan?! Setelah cape ngegowes, naik2 nuntun sepeda jalan nanjak kemudian disuguhin pemandangan kastil dan pertanian indah yang nun kejauhan bisa kita liat sungai yang membelah Belanda dan Belgia, angin sepoi dingin tapi matahari sedemikian semangatnya bersinar, ada wedang ronde! Yah kalau dibayangin, mirip-miriplah sama iklan kopi atau rokok yang ada di puncak-puncak gunung gitu. Bhahaha...endessnya puol!
 |
ngewedang ronde di atas Château Nercanne |
Dari Château Nercanne, kami lanjut perjalanan menuju sebuah desa yang sudah masuk wilayah Belgia, tapi saya lupa nama desanya apa. Yang jelas, desa ini tidak jauh dari Château Nercanne. Sesudahnya kita akan bertemu jembatan yang membentang di atas Albert Canal. Hihi tentunya nggak lupa untuk berhenti sebentar ambil foto. Terlalu indah untuk dilewatkan. Saya hanya membayangkan jika sungai-sungai di Jakarta dan penataan pemukiman bisa seindah ini, tentunya akan betah untuk sepedaan dan jalan-jalan.
 |
in the bridge accross over the Albert Canal |
 |
Tepian Albert Canal *foto diambil dari atas jembatan |
 |
sebuah gereja kecil |
Menyeberangi jembatan, kami meneruskan perjalanan dan menikmati rapinya tata ruang pemukiman.Rumah-rumah yang tertata rapi dan jalan yang bersih nggak ada lubang. Melewati gereja kecil, kami berhenti sejenak. Hihi gerejanya mungil untuk ukuran Eropa Lelah mengayuh, kami mampir ke sebuah kafe kecil dan memesan coklat panas dan beberapa minuman lainnya. Obrolan ringan pun mengalir. Hihi
ngobrol di kafe itu ternyata lumayan mengurai keruwetan setelah belajar keras loch haha.. yah sekali2 lah kongkow di cafe ala orang belanda hihi. Sayangnya, selesai kongkow-kongkow, agung dan yohanes memutuskan untuk pulang karena masing2 ada keperluan. Tinggallah saya, bu Carla, Imam, dan Luc. Kami berempat kemudian memutuskan meneruskan perjalanan ke Sint Pietersberg. Luc bilang, dia akan mengajak kami melalui jalur hiking dan desa-desa membelah bukit. Esh dah! kebayang naik-naik ke puncak gunung lagi. Ya udah lah, lagian pengin tau juga gimana desa2 di belanda.
 |
mayan lah ya jepretan blekberi |
Nggak disangka, jalur yang digunakan Luc itu beneran naik2 ke puncak gunung. Fufufu..nggak kuat ngegowes, beberapa kali sepeda kami tuntun. Itupun udah kaya kehabisan nafas. Eh tapiiii luar biasa! sepanjang menyusuri hutan, udara segar selalu tersedia. Ini karena pohon besar dan rindang berdiri teduh sejauh mata memandang (walaupun banyak yang masih tampak sisa-sisa winter si alias masih gundul pohonnya hihi). Entah ya ini ditata beneran atau kebetulan belaka. Penataan ruang untuk hutan, landang pertanian, dan pemukiman tampak rapi. Jadi ngeliatnya pun enak. Sering juga kami bertemu dengan para hiking lovers (naon ini seh sebutannya). Maksudnya, orang-orang lokal yang juga sedang melakukan aktivitias hiking. Ini no wonder, karena beberapa kawasan alam masih dijaga keasliannya. Selain itu mungkin karena orang-orang belanda juga nggak mau lah ya tempat-tempat hiking favorit kegusur kalau dibuka untuk lahan maupun industri. Ya hiking adalah salah satu aktivitas favourite warga belanda dan orang eropa umumnya di kala liburan. Pemandangan yang menarik dan indah pertama yang kami temui adalah ladang pertanian yang luas dengan pager2 kayu khas seperti di film-film dengan kuda di dalamnya. Hahaha. Lebhay si saya menceritakannya, tapi bagus dan emang mirip si. kesampaian berasa di dalam film2. Inget nggak film Little House in the Praire? kurang lebih gitu si (kalaupun nggak anggep aja si mirip haha).
 |
a big hole in a cave |
Setelah itu ada sebuah bukit kapur (atau karang? Batu? Entah) yang disisinya terbentuk bangunan mirip benteng kecil. Hihi tapi saya males untuk mendekatinya, keburu capek plus lapar. Beberapa orang terlihat bersantai di sekitarnya. Ada pula anak anak yang bermain dengan orang tua mereka. Hmh..musim semi memang selalu dinanti!
Di sepanjang jalur ini pula, kami menemukan sebuah lokasi tempat bekas pabrik semen (atau semacam itu) yang sedang dalam proses untuk diubah menjadi area konservasi alam. Ada sebuah genangan air mirip danau kecil luasnya yang berwarna hijau kebiru-biruan. Bagus sebenernya. Tapi saya jadi mikir, rupanya efek industrialisasi begini ya. Masygul jadinya, Bekasnya si bagus warna dan bentuk dinding bukit yang mirip situs kuno. Tapi ngeliat bukit bekas dikeruk (nggak separah freeport si) tetep aja syedih juga lah.
 |
bekas industri yang diubah menjadi lahan konservasi alam |
 |
enjoy the sun on the top of Hill |
 |
Maastricht from the top of the Hill |

Kurang lebih 1,5 jam mendaki bukit (seringnya tetep nuntun sepeda si, lagipula kadang ada wilayah khusus pejalan kaki emang), ketemulah kami dengan sebuah lapangan luas dan ternyata sudah banyak orang yang menikmati hari cerah pertama setelah musim dingin ini. Hahahha sinar matahari emang paling diburu sama orang-orang negara 4 musim haha, apalagi yang makin ke utara. Beda sama kita yang takut item hihihi. Lapangan ini rupanya terletak di puncak bukit, sehingga dari sini, kita bisa melihat rumah-rumah penduduk di kejauhan. Bagus dech (#eh).
Daaaaan...ternyata di ujung lapangan ini adalah Fortr St. Pieter.
 |
Fort of Sint Pieter |

Oalaaaah...jadi dari persimpangan jalan pertama start awal kami, kalau lurus, itu deket bangeeet! Hahahaha..eh tapi karena niatnya sepedaan ya harus yang muter muter donk jalurnya, ya kan? Hahaha #ngeles. Ya, fort ini adalah sebuah benteng peninggalan era pertengahan. Di dalamnya terdapat labirin-labirin. Hehe sayangnya sampai saya pulang, saya belum berkesempatan untuk masuk ke dalamnya. Karena untuk masuk itu harus perjanjian dulu sebelumnya, dan tersedia pula guide yang bisa menjelaskan dalam bahasa inggris. Kalau sendirian, bisa nyasar kali. Tapi memang, Maastricht ini terkenal juga dengan wilayah-wilayahnya yang memiliki gua berlabirin yang panjangnya bisa berkilo-kilo. Beberapa kali ada berita tentang wisatawan atau mahasiswa yang maksa eksplore sendiri dan akhirnya tersesat di labirin-labirin tersebut. Penasaran isi fortnya apa? Mending tengok sendiri dech ya..dateng ke maastricht trus nyobain labirinnya hihihi..heran sebenernya saya mikir, seneng banget berteka-teki si yang bikin hihih..mungkin awalnya sebagai perlindungan kali ya. Meskipun saya nggak bisa masuk (kebetulan juga saat itu adalah hari Sabtu, yang berarti hari libur dan tutup), tapi saya cukup puas karena penasaran saya lumayan terjawab. Benteng ini sangat unik. Kalau dari arah lapangan itu seperti dikelilingi oleh parit besar yang nggak ada jembatannya. Yah boleh dibilang mirip pulau kecil di tengah2 lubang besar hihi. Ada beberapa bagian yang sedang direnovasi. Sebenernya kita bisa naik sampai ke atas, tapi ribet dech jadi saya batalkan niat itu. Layaknya sebuah benteng, sepanjang dinding atau tembok Fort St Pieter ini, terdapat banyak lubang-lubang yang dulunya digunakan sebagai lubang tembakan. Dan tentunya nich, di puncak benteng ada benderanya. Bentuknya kurang lebih mirip trapesium, atau piramida yang bagian atasnya dipotong. Benteng ini kokok berdiri di atas bukit seakan mengawasi kota Maastricht di kejauhan. Hihi namanya benteng fungsinya juga tentunya menjaga keamanan kota kan dari serangan musuh. Di beberapa sisinya terdapat pos pos penjagaan yang juga bertingkat bangunannya. Hehe saya cukup berfoto saja di situ. Sekeliling benteng, mirip dikelilungi parit besar. Hihi padahal isinya juga bukan air, tapi batu kerikil. Mungkin itu habis direnovasi supaya memudahkan pengunjung mengeksplorasi benteng ini.
Gruwuuuk gruwuuuk...aiih cacing di perut rupanya makin meronta. Baiklah, acara sepedaan Sint Pietersberg pun berakhir disini. Bisa ditebak, destinasi terakhir yaitu makan pizza italia di city centre. Eh tapi nggak usah lah ya diceritain ;)
See you in the other stories!
Thanks to Bu Carla, Agung, Imam, Yohanes, and Luc for wonderful cycling!
and especially to Bu Carla, all the pictures were credited by her! lovely!
 |
Luc, Imam, Bu Carla |
 |
and Yohanes! *photo mas Agung nggak ada yang besar :p |
No comments:
Post a Comment