Wednesday, May 24, 2017

Menang tanpo Ngasorake


Sitting on the couch..enjoying a cup of hot chocolate...

Hari ini...adalah hari yang cukup melelahkan bagi otak saya..
Memikirkan bagaimana situasi kerjaan kedepannya dengan kenyataan bahwa atasan saya per 1 juni depan sudah pensiun...fiuh...nggak punya supervisor, analis langsung juga nggak ada, partner sati litting juga nggak ada..praktis, cuma saya dan staf admin saya yang kerja nangani urusan negara seabreg yang semuanya nanya minta cepet minta kejelasan...sementara gw itu siapa? Hanya kroco remahan roti..kerja bagus juga nggak ada rewardnya, kerja buruh apalagi...ditambah, temen yang biasanya suka jadi tempat curhat tentang buruknya sistem, tiba-tiba mengajukan cuti nggak tanggung-tanggung 3 bulan! Rasanya pengin nangis saat ini juga! Because i trust no much people in this system..terlalu banyak kepalsuan yang saya lihat...Fake! Fake! Fake!
Gimana si rasanya kalau apa yang kamu lakukan, tapi orang lain yang ngambil nama? So disgusting! Too naif, kalau dibilang "ya udah lah nggak papa, demi kemaslahatan bersama, organisasi". It's  a shame! So pitty!
Atau kamu sudah kerja banting keringat (karena netes haha), tapi masih aja dijelek-jelekin...dibilang ini itu and the bla bla bla and the bad thing, justru cuma percaya sama orang yang ngomong itu...
Maaf yach hari ini kebanyakan ngeluh dan curhatnya..

A friend once wrote a wisdom..
Bersyukurlah....
saat masih diberi banyak amanah yg tampaknya melebihi kemampuan kita, menyinggung kenyamanan kita.
Mungkin,mungkin karena Allah tahu u are more capable than u think u are. Mungkin karena bos mu lebih mempercayai mu drpd staff lainnya. Mungkin krn ada rencana indah lain setelah sgl kelelahan ini.
Maaf, tdk bermaksud mengentengkan apalagi mggampangkan k bete an mu. Cm mcb mlht sisi lain biar rasanya agak ringan. 
*mnulis mengingatkan diri sendiri.
*copas kata2 suamiku 
(Ika, 2017)

Well, terima kasih mbak sudah membuatku adem..sementara...
However...rasanya pengin bilang,

Kadang kalau lagi kesel selalu berpikir, ada saatnya di atas angin, ada saatnya terhempas...
Mengingat pesen eyang asdep yang mau pensiun besok ini,
"Ngluruk tanpo bolo
Sekti tanpo aji-aji
Sugih tanpo bondo
Menang tanpo ngasorake"
Kerjalah dengan tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan orang lain..Rangga bilang, itu..."jahhat!"
Apa salahnya kerja dengan ngurusin urusan masing2 si...apa untungnya mencitrakan diri bagus tapi bersamaan menjelekkan orang lain....kalau kata eyang, biarkan saja, yang penting jangan begitu...
Kadang hayati lelah, cyiiin...
Mau jadi manusia waras itu emang butuh perjuangan , apalagi di birokrasi..sini, mana yang bilang PNS kerjanya cuma leha-leha...itu bukan PNS, tapi orang yang nggak punya meaning...
Tapi kembali memang, nggak semua bisa dilogikakan...jatuhnya debat nggak berkepanjangan..cuma dibutuhkan suatu keyakinan atau faith bahwa ya manusia memang beragam karakter, tujuan, dan cara...

Keep smile and be happy!
Mari ngetrip lagi aja...

Gambir, 24 May 2017

Tuesday, January 10, 2017

Masih suka menyalahkan orang lain?

Dari beberapa hari yang lalu, ada-ada saja cerita yang berujung pada pagi ini yang tetiba teringat sesuatu ketika sedang kuliah di Belanda, tapi lupa pas lagi ngapain dan lagi ngobrol sama siapa..yang pasti tu begini..yang membedakan antara orang Barat dan orang Timur salah satunya adalah keberanian mengatakan "It was my mistake"..Jadi ketika itu ceritanya begini..


Contoh simple, adalah ketika kita terlambat..Umumnya yang pertama kali diucapkan dan disampaikan adalah "Maaf, saya terlambat". Ternyata, instead of using sorry for the first sentences, mereka mengucapkan "It was my mistake for being late, I'm sorry".


Nah, esensinya adalah...Kata "maaf" itu memang gampang diucapkan (walaupun bagi sebagian orang yang pridenya super tinggi memang masih susah si bilang maaf, sorry to say, makan tuch pride :D), tapi lebih dari itu, "mengakui bahwa itu adalah kesalahannya" ternyata adalah hal yang paling dan paling sulit dilakukan oleh mayoritas kita. Alih-alih mengakui itu memang kesalahannya, malah selalu menyalahkan faktor di luar dirinya, entah itu orang lain atau sesuatu. Ternyata, the power of admitting the mistake itu luar biasa. Keliatan lebih "mengena", lebih bisa mengurai permasalahan. Instead of marah-marah nggak jelas, padahal udah minta maaf. Hmh..gimana saya ngejelasinnya ya? susah juga. Secara saya bukan ahli berteori wkwkwk.Frankly speaking, saya mencoba menerapkan hal itu beberapa kali. Saya mencoba selalu bilang, "itu kesalahan saya, dan saya minta maaf". Ternyata memang beda dengan ketika saya hanya bilang "maaf". Powernya bukan ke orang lain si saya rasakan, tapi ke diri saya sendiri. Rasanya, saya lebih plong dan legowo aja. Menghadapi permasalahan pun sepertinya lebih clear aja..hahah...lebih fokus nyari solusinya daripada nyalahin sebabnya wkwkwkw..(sok wise banget gw).


Thus, saya jadi inget..mungkin ini karena sejak dini yang orang dewasa lakukan terhadap anak kecil salah. Contohnya nich, anak kejedot tembok, lha yang disalahin adalah temboknya, dibilang "duh temboknya nakal ya dek". Padahal karena si anak misalnya kurang hati-hati. Padahal kalau dipikir pake logika, helloow itu tembok dari kapan udah di situ. Atau pas anak kesandung kursi..."Ih kursinya nakal". Alamak, apa salah kursi dan tembok. Padahal lebih bijak ika menunjukkan bahwa si anak kurang hati-hati, atau ada saran supaya terhindar dari kejedot atau kesandung. Contoh "Adik kurang hati-hati, sebaiknya berjalan biasa saja, boleh berlari tapi lihat ada apa di sekitarnya" (hehe ilmu ini saya dapat waktu saya bantuin tante saya di TK). Well, tapi seringnya nich, orang dewasa akan menggampangkan dan berpikiran, "masih kecil ini". Totally wrong!!! justru apa yang terekam, apalagi di bawah usia 5 tahun, itu yang akan selamanya terekam dan membentuk perilaku dan karakter si anak ketika dewasa. Nggak heran banyak orang dewasa selalu put the blame on others..Yah, kecuali dapat hidayah dalam perjalanannya jadi orang bijak ya hewehwehh..


So, end of the story..
Jakarta, tulisan pertama di 2017

Wednesday, December 14, 2016

AUTHENTIC LEADERSHIP: MENCAPAI KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM REFORMASI BIROKRASI

Jakarta, 14 Desember 2016

Sedianya, tulisan ini adalah draft untuk penerbitan jurnal di kantor saya. Haha, tapi setelah melalui editing, nggak lolos..Ya iyalah, gimana mau lolos, lha wong tulisan ini dibuat dalam waktu semalem suntuk, mirip-mirip sama mahasiswa bikin tugas kuliah yang dikumpulin besok pagi (nyahahaha..#menertawakan diri sendiri -red). Nah, ditambah lagi, kontributor lainnya adalah itu para ahli, salah satunya Prof. Sarlito Wirawan. Wkwkwkw..auto minder juga saya lah..

Anyway, saya mau posting di sini aja karena seringnya yang jadi keluhan dalam manajemen maupun dalam bisnis process sebuah organisasi kalau ditarik ujungnya adalah soal leadership. Mau dibahas bolak balik pun soal team work, SOP, goals, and the bla bla bla..yang namanya kerja dalam sebuah organisasi, even you are the owner, means leadership is the key. Yes, pemimpin adalah kunci dari sebuah pencapaian organisasi, baik individu maupun tim. Sebagai ilustrasi, pimpinan lah yang menetapkan goals atau tujuan, strategi, maupun dalam pelaksanaannya. Kebayang nggak? kalau kerja tapi organisasi nggak punya target, trus nggak ada yang ngarahin, trus nggak ada pula yang monev di tengah-tengahnya. Yes, bakalan kocar-kacir tentunya. Pun nggak kalah pentingnya tentu nich adalah gaya kepemimpinan. Hadoeh, udah kebayang lagi kan kalau yang punya style kepemimpinan model otoriter apalagi yang gayanya "sebodo amat" (over democratic)..herrhhh...rasanya kerja tapi pikiran mau liburan melulu, karena baru nyampe rumah kebayang besok masuk kerja aja udah stress hewhewhew...

Sudah banyak memang teori yang mengupas tentang gaya-gaya kepemimpinan. Mulai dari democratic, situational, sampai leissez-faire. Nah, saya sedang tertarik pada satu ledership style yang menurut saya, kalau sampai ada yang bisa menerapkan model gini, kantor aman sentausa ya hewhewhew.. Let's check what is the Authenthic Leadership? sorry, tulisannya resmi banget..namanya juga buat jurnal (hampiiiir...wkwkwkwk)..enjoy! (ps. read till end)

AUTHENTIC LEADERSHIP: MENCAPAI KEPEMIMPINAN EFEKTIF  DALAM REFORMASI BIROKRASI

Leadership atau kepemimpinan selalu menjadi terminologi yang menarik dalam dunia manajemen sumber daya manusia. Namun umumnya, yang menjadi area implementasinya adalah sektor privat atau yang bisnis. Hal ini karena sektor privat menyadari betul pentingnya peran seorang pemimpin sebagai sentra kekuasaan dan kewenangan yang menentukan keberhasilan organisasi (tercapainya keuntungan atau profit secara maksimal) melalui pengambilan-pengambilan keputusan yang strategis (Rattanasevee, 2014). Sedangkan dalam birokrasi Indonesia, dimana sistem kepemimpinannya adalah hierarkis atau berjenjang, kepemimpinan menjadi hal yang sangat unik dan belum sepenuhnya mendapat perhatian (Silalahi, 2011).

Banda Neira - Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (Live)

I'm just not brave enough to say, I love you..   mungkin memang hal bodoh tapi setidaknya biarkan semua hadir dan muncul dalam ingatanku...