Hari ini saya memasak cabbage sprout..tapi ini bukan tentang sebuah resep..
Sayuran ini sangat mengingatkan dan mungkin akan selalu mengingatkan saya pada sebuah tayangan televisi swasta nasional di Indonesia sekitar lebih dari 2 tahun yang lalu, tentang dua anak kecil bersaudara di sebuah desa di jawa barat yang harus berjuang mencari uang, salah satunya dengan mencari keciwis di ladang kol bekas dipanen. kenapa cerita ini membekas sekali bagi saya? Ya, amat sangat membekas..karena dari situlah saya pertama kali mengenal jenis sayuran ini...keciwis atau cabbage sprout.
Masih teringat jelas, betapa air mata ini menitik ketika melihat tayangan tersebut. Sungguh sesak, ketika hasil pengumpulan keciwis tersebut hanya dihargai kurang dari 3 ribu rupiah..sementara, saya membeli sayuran di sini dengan harga kurang lebih 1 euro atau setara 15 ribu rupiah...ya, sebenarnya tidak bisa dibandingkan memang. Saya hanya membandingkan dengan diri saya sendiri. Dengan uang 1 euro saya bisa mendapatkan sayuran ini dengan mudah, sementara mereka harus berjalan dan berpindah-pindah ladang untuk mencari dan mengumpulkan keciwis. Tidak jarang, ada saja pemilik ladang yang melarang mereka untuk mengambil sisa2 panen..tapi tidak sedikit pula yang berbaik hati mengijinkan bahkan memberi sekedarnya...hati ini seperti menangis kembali. Anak-anak dengan usia kurang dari 10 tahun harus berpindah-pindah ladang demi sebakul beras, dan masih ada banyak anak-anak lain yang berada dalam posisi mereka...aah..perasaan saya sangat berkecamuk saat ini.
Semoga mereka sekarang jauuuuh lebih baik dalam kehidupannya, sehat, bahagia, mendapat pendidikan dan perhatian yang layak dari berbagai kalangan...dan semoga bukan cuma untuk kepentingan komersil rating program saja..jujur, ini pertama kali pula saya memasak sayuran ini..dan dada saya terasa sesak, ingat dua bersaudara yang hebat itu! Semoga Allah menghebatkan mereka!