*warning: too much selfie pictures! :)
Hari ini, saya tergelitik membaca sebuah postingan seorang teman baik, kira-kira begini: "bisa menuntut ilmu secara gratis kok bangga, bisa membagi ilmu yang bermanfaat secara gratis baru boleh bangga"
Hmh..baiklah, postingan bagaikan magnet bagi saya. Entah apa yang sedang dirasakan, dipikirkan, atau dialami oleh temen baik saya itu. Pernyataan yang multi tafsir menurut saya. Mungkin ada someone yang somehow membuat temen saya itu sedemikian sehingganya meposting apa yang ada di pikirannya (-_-). Namanya juga fesbuk, tulisannya "apa yang anda pikirkan?" hehe
Perjalanan saya diawali dengan ketekadan untuk kuliah lanjutan tidak membebani orang tua dalam soal finansial..sekalipun orang tua menyanggupi untuk membiayai kuliah saya lagi...jadi pilihan tekad saya saat itu cuma 2, biaya
sendiri atau beasiswa. Sebenarnya hati saya ingin menangis, ketika Ibu saya bilang, "Ibu masih sanggup biayain kamu". Karena saya tau persis perjuangan beliau mengawal masa depan kami melalui pendidikan. Jangan dibayangkan orang tua saya adalah yang berpenghasilan jauh lebih dari cukup. Indeed, mereka adalah orang kaya. Kaya hati dan kaya mimpi akan masa depan anak-anak mereka. Masih teringat dengan jelas, keinginan Ibu dan Bapak untuk memiliki rumah sendiri pun harus baru dapat terwujud setelah 25 tahun kemudian. Hanya karena, mereka lebih mementingkan biaya untuk sekolah saya dan adik-adik saya daripada rumah, kendaraan, ataupun barang-barang mewah lainnya. Ah, saya jadi kangen rumah dinas mungil nan sederhana di sebelah Sekolah Dasar Negeri. Ya, Ibuk hebat saya adalah seorang guru, pun Bapak. Kehidupan sahaja mereka itulah yang menjadi inspirasi saya. Bagi mereka, ilmu jauh di atas segalanya. Kesahajaan merekalah yang mengantarkan saya menjadi Sarjana. Masih ingat, dan selalu tergenang ketika pulang, ayam-ayam peliharaan Bapak hilang semua. Adik bilang, "itu uang yang kemarin Bapak transfer". Huhuhu...gimana nggak mengalir deras coba air mata ini.... "Ibu aja bisa jadi sarjana, anak-anak harus bisa lebih dari Ibu". Kalimat sakti yang tertanam di benak saya sampai sekarang. Entah kekuatan apa di balik kalimat itu. Ibu saya bukanlah dari keluarga yang berpendidikan tinggi, Embah hanya lulusan SR. Cerita Ibu, Kakeklah yang bersikeras menyekolahkan ibu sampai ke sekolah Guru (saat itu setingkat SMA). Baru pada saat saya kuliah, ibu ikut melanjutkan kuliah. Dan saya melihat sendiri perjuangan ibu meraih gelar Sarjananya. Belajar dan mengerjakan tugas sampai tengah malam, weekend dipakai untuk menyelesaikan skripsi..hihi walaupun sampai lupa untuk masak..tapi Alhamdulillaah, Bapak jarang komplain. Jadi, cerita inilah yang melatarbelakangi keinginan saya untuk membuktikan pada diri saya sendiri, bahwa mimpi itu nggak ada batas..saya ingin bisa, harus bisa!
Who knows,Allah memberikan jalan...2 tahun sejak saya bilang ke Ibunda tercinta, "saya cuma mau kuliah dengan biaya sendiri atau beasiswa"....suatu ketika dari kantor melalui informasi penawaran beasiswa yang tiba2 dan proses seleksi yang mendadak pada awalnya, saya merasa seakan jalan saya terbuka. Saat itu saya nggak terpikir apakah saya mampu atau tidak kuliah di luar negeri, ngomong inggris aja masih belepotan, apalagi sekolah. Yang pokok buat saya adalah, saya kuliah di luar negeri! Kesempatan pertama, seleksi tpa lolos tapi toefl gagal. Kesempatan kedua, berhubug tpa sudah lolos, tinggal ngejar toefl dan lolos! Tantangan ketiga adalah mengejar nilai ielts dan berdamai dengan suara2 sumbang terkait status dan jenis kelamin yaitu usia untuk menikah (tapi belum ada calon), dan perempuan (sedih ya masih ada yang menganggap perempuan nggak harus sekolah tinggi).... Keharuan yang sangat menyeruak, manakala saya ingat bahwa Ibu tercinta saya selalu menyebut nama saya dalam sujud malamnya, dan Bapak tercinta saya selalu menguatkan saya dalam sunah Senin-Kamisnya...bukankah itu kekuatan terbesar saya untuk melewati tantangan-tantangan tersebut? Sungguh sebuah kekuatan yang tak terbatas ketika tau, orangtuamu selalu mendorongmu dalam cinta dan do'a mereka..hikz terharu..Dengan izin-Nya, yang saya yakini melalui do'a Ibuk dan Bapak saya, semua tantangan terlewati dengan baik. Do'a saya selalu, semoga Ibu dan Bapak saya senantiasa diliputi keberkahan, kesehatan, dan kebahagiaan...
Hari ini, saya tergelitik membaca sebuah postingan seorang teman baik, kira-kira begini: "bisa menuntut ilmu secara gratis kok bangga, bisa membagi ilmu yang bermanfaat secara gratis baru boleh bangga"
Hmh..baiklah, postingan bagaikan magnet bagi saya. Entah apa yang sedang dirasakan, dipikirkan, atau dialami oleh temen baik saya itu. Pernyataan yang multi tafsir menurut saya. Mungkin ada someone yang somehow membuat temen saya itu sedemikian sehingganya meposting apa yang ada di pikirannya (-_-). Namanya juga fesbuk, tulisannya "apa yang anda pikirkan?" hehe
"Bisa menuntut ilmu gratis"
Perjalanan saya diawali dengan ketekadan untuk kuliah lanjutan tidak membebani orang tua dalam soal finansial..sekalipun orang tua menyanggupi untuk membiayai kuliah saya lagi...jadi pilihan tekad saya saat itu cuma 2, biaya
sendiri atau beasiswa. Sebenarnya hati saya ingin menangis, ketika Ibu saya bilang, "Ibu masih sanggup biayain kamu". Karena saya tau persis perjuangan beliau mengawal masa depan kami melalui pendidikan. Jangan dibayangkan orang tua saya adalah yang berpenghasilan jauh lebih dari cukup. Indeed, mereka adalah orang kaya. Kaya hati dan kaya mimpi akan masa depan anak-anak mereka. Masih teringat dengan jelas, keinginan Ibu dan Bapak untuk memiliki rumah sendiri pun harus baru dapat terwujud setelah 25 tahun kemudian. Hanya karena, mereka lebih mementingkan biaya untuk sekolah saya dan adik-adik saya daripada rumah, kendaraan, ataupun barang-barang mewah lainnya. Ah, saya jadi kangen rumah dinas mungil nan sederhana di sebelah Sekolah Dasar Negeri. Ya, Ibuk hebat saya adalah seorang guru, pun Bapak. Kehidupan sahaja mereka itulah yang menjadi inspirasi saya. Bagi mereka, ilmu jauh di atas segalanya. Kesahajaan merekalah yang mengantarkan saya menjadi Sarjana. Masih ingat, dan selalu tergenang ketika pulang, ayam-ayam peliharaan Bapak hilang semua. Adik bilang, "itu uang yang kemarin Bapak transfer". Huhuhu...gimana nggak mengalir deras coba air mata ini.... "Ibu aja bisa jadi sarjana, anak-anak harus bisa lebih dari Ibu". Kalimat sakti yang tertanam di benak saya sampai sekarang. Entah kekuatan apa di balik kalimat itu. Ibu saya bukanlah dari keluarga yang berpendidikan tinggi, Embah hanya lulusan SR. Cerita Ibu, Kakeklah yang bersikeras menyekolahkan ibu sampai ke sekolah Guru (saat itu setingkat SMA). Baru pada saat saya kuliah, ibu ikut melanjutkan kuliah. Dan saya melihat sendiri perjuangan ibu meraih gelar Sarjananya. Belajar dan mengerjakan tugas sampai tengah malam, weekend dipakai untuk menyelesaikan skripsi..hihi walaupun sampai lupa untuk masak..tapi Alhamdulillaah, Bapak jarang komplain. Jadi, cerita inilah yang melatarbelakangi keinginan saya untuk membuktikan pada diri saya sendiri, bahwa mimpi itu nggak ada batas..saya ingin bisa, harus bisa!
Who knows,Allah memberikan jalan...2 tahun sejak saya bilang ke Ibunda tercinta, "saya cuma mau kuliah dengan biaya sendiri atau beasiswa"....suatu ketika dari kantor melalui informasi penawaran beasiswa yang tiba2 dan proses seleksi yang mendadak pada awalnya, saya merasa seakan jalan saya terbuka. Saat itu saya nggak terpikir apakah saya mampu atau tidak kuliah di luar negeri, ngomong inggris aja masih belepotan, apalagi sekolah. Yang pokok buat saya adalah, saya kuliah di luar negeri! Kesempatan pertama, seleksi tpa lolos tapi toefl gagal. Kesempatan kedua, berhubug tpa sudah lolos, tinggal ngejar toefl dan lolos! Tantangan ketiga adalah mengejar nilai ielts dan berdamai dengan suara2 sumbang terkait status dan jenis kelamin yaitu usia untuk menikah (tapi belum ada calon), dan perempuan (sedih ya masih ada yang menganggap perempuan nggak harus sekolah tinggi).... Keharuan yang sangat menyeruak, manakala saya ingat bahwa Ibu tercinta saya selalu menyebut nama saya dalam sujud malamnya, dan Bapak tercinta saya selalu menguatkan saya dalam sunah Senin-Kamisnya...bukankah itu kekuatan terbesar saya untuk melewati tantangan-tantangan tersebut? Sungguh sebuah kekuatan yang tak terbatas ketika tau, orangtuamu selalu mendorongmu dalam cinta dan do'a mereka..hikz terharu..Dengan izin-Nya, yang saya yakini melalui do'a Ibuk dan Bapak saya, semua tantangan terlewati dengan baik. Do'a saya selalu, semoga Ibu dan Bapak saya senantiasa diliputi keberkahan, kesehatan, dan kebahagiaan...
Ok singkat cerita, here we go...saya memilih eropa, tepatnya di Belanda. Ada beberapa alasan:
Pertama, karena orang tua menyarankan untuk di Belanda. Dalam hal ini, saya berpegang teguh bahwa do'a Ibu Bapak sayalah pintu utamanya.
Kedua, hubungan historis Indonesia dan Belanda membuat saya berpikir, mungkin untuk daily living lebih mudah bagi saya yang notabene terutama berlidah Indonesia banget. Ini bener, di Belanda bahan makanan dan masakan Indonesia mudah didapat (including bumbu)
Ketiga, teman-teman dunia virtual saya kebanyakan adalah native Belanda.
Keempat, so..why not to choose the Netherlands as the best choice? Hehehe walaupun kenyataannya saya juga mendaftar ke UK (dan diterima oleh 2 universitas di UK).
Masih teringat dengan jelas, binar mata kedua orang tua saya ketika mereka menjawab pertanyaan2 dari kerabat handai taulan maupun kolega tentang anak dengan jawaban "anak saya mau berangkat kuliah S2 di Belanda". Kebahagiaan apa lagi yang bisa saya rasakan, ketika binar mata bahagia mereka tersirat karena apa yang saya lakukan? Ketika saya refleksi terhadap diri sendiri, ada haru menyeruak.. Allah memampukan saya melewati tantangan-tantangan tersebut...tapi juga ada tanggungjawab lain, artinya begitu besar kepercayaan bangsa ini untuk menyekolahkan saya...
Kebanggaan itu memang merupakan bagian dari pembuktian diri..tapi bukan berarti terlepas dari keinginan untuk berkontribusi terhadap negeri ini melalui ilmu yang saya peroleh. Ini lebih karena saya bukan tipikal yang jual janji mau ini itu layaknya janji politik ketika kampanye. Saya tau sulitnya membuat perubahan pada birokrasi yang sudah mulai kehilangan sebagian kepercayaan dari masyarakat. Intinya, harus menggunakan penerapan strategi yang berbeda. Jangan meminta saya untuk menyebutkan apa yang akan saya lakukan sebagai bentuk kontribusi nyata untuk negeri ini. Bagi saya, action better than mention!
Banyak sekali tantangan-tantangan ketika saya kembali ke tanah air, kembali ngantor...kalau diceritakan, lama-lama bisa demotivasi sendiri hihi...ya, bangsa ini membutuhkan lebih dari sekedar pembuktian diri sudah menyelesaikan sekolah di luar negeri...
And here are the point...
Ketika semua diniati dengan niat membahagiakan orang tua, menambah ilmu dan pengalaman, pembuktian diri, berbagi ilmu dan pengalaman...Allah memberikan bonus...
Saya sudah lupa, apakah di waktu kecil saya pernah bermimpi tentang menjelajah belahan bumi lainnya?
The Countries,
The Cities,
Maastricht, Amsterdam, Den Haag, Groningen, Nijmegen, Deventer, Tilburgh, Utrecht, Eindhoven, Valkenburg, Aachen, Dusseldorf, Lanaken, Brugge, Brussel, Warzaw, Prague, Bratislava, Budapest, Oslo, Paris, Manchester, Liverpool, Glasgow, Sheffield, Bradford, York, London, Colchester...
Alhamdulillaah
What Next?
Never ever stop your steps...your dream..your hope...
to see the world...
:)
Maastricht, July 23, 2015
*dalam untaian syukur tak terhingga kepada Allah Subhanahu wa ta'ala...iringilah selalu langkahku, ya Allah..aamiin
Kalau di London ada London Eye, maka di Budapest ada Sziget Eye 29 Desember 2015 |
![]() |
Jalan sore sama patungnya Ronald Reagen, Freedom (Liberty) Square, Budapest, Hungary 29 Desember 2014 |
akhirnya bisa liat piala oscar beneran film dokumenter Kon-Tiki Kon-Tiki Museum, Oslo, Norway 20 May 2015 |
patung memorial PD II di Aker Brygge hihi tapi banyak typonya lo :D 20 May 2015 |
Nobel Peace Center, Oslo, Norway 20 May 2015 |
![]() |
Not just in a Novel! #LaskasPelangi #Edensor Derbyshire, UK 9 Juni 2015 |
![]() |
ngobrol sama patungnya Imre Nagy yang menghadap Parliament Building of Budapest, Hungary 29 Desember 2014 |
![]() |
Lots of Love from Buda Castle, Budapest, Hungary 29 Desember 2014 |
![]() |
Holding me, Fire Fighter! Glasgow, Scotland 5 Juni 2015 |
![]() |
Vitkov Hill, Prague 24 Desember 2014 |
city centre of Brussels, Belgium 3 May 2015 |
Eiffel Tower, Paris 4 May 2015 |
York Castle Museum, York, UK 8 Juni 2015 |
Louvre Museum, Paris 4 May 2015 |
Earth Planet of Peace, Grassalkovich Palace, Bratislava, Slovakia 27 Desember 2015 |
Szabadság Tér, Liberty Square Monumen pembebasan rakyat Hungaria dari jajahan Uni Soviet Budapest, Hungary 29 Desember 2015 |
Clifford's Tower, York, UK 8 Juni 2015 |
![]() |
a boat tour on the River Rhine, Düsseldorf, Germany 2 May 2015 |
Goes to city centre of Colchester, Essex, UK 13 Juni 2015 |
the University of Essex, Colchester, Essex, UK 13 Juni 2015 |
pakaian tradisional Skotlandia,tartar dan skilts (yang ini dipakai oleh pria), alat musiknya disebut Bagpipe Edinburgh, Scotland 7 Juni 2015 |
Windy trip on Edinburgh, Scotland 7 Juni 2015 |
Winter on the Lake, Giethoorn, The Netherlands 1 Februari 2015 |
Walaupun cita-cita kuliah di the University of Glasgow belum kesampaian, minimal pernah menginjak kampusnya Glasgow, Scotland 6 Juni 2015 |
abis Groenscup 2015, Groningen, the Netherlands 24 Mei 2015 |
Keukenhof, Lisse, the Netherlands 1 Mei 2015 |
Keukenhof, Lisse, the Netherlands 1 Mei 2015 |
Palace of Westminster, London, UK 12 Juni 2015 |
Alan Turing, Manchester, UK 4 Juni 2015 |
Central Library, Liverpool, UK 4 Juni 2015 |
masuk angin hiihihi... Central Library, Liverpool, UK 4 Juni 2015 |
Anfield Stadium, Liverpool, UK 4 Juni 2015 |
Old Trafford Stadium, Manchester, UK 4 Juni 2015 |
the Castle Guard, Prague Castle, Prague, Czech Republic 25 Desember 2014 |
Lobkowicz Palace, Prague Castle, PRague, Czech Republic 25 Desember 2014 |
St. Vitus Cathedral, Prague Castle, Prague, Czech Republic 25 Desember 2014 |
Chatsworth House, Bakewell, Derbyshire, UK 9 Juni 2015 |
Castle Ruins, Valkenburg, the Netherlands November 2015 |
Saint Joseph Church, Tilburg, the Netherlands Lupa kapan diambilnya -_-" |
The National Museum, Warsaw, Poland 23 Desember 2015 |
Replika perahu Kon-Tiki dalam ekspedisi Kon-Tiki Kon-Tiki Museum, Oslo, Norway 20 May 2015 |
Giethoorn, the Netherlands 1 Februari 2015 |
No comments:
Post a Comment