Kembali ke pertanyaan, "ngapain si nggak balik langsung aja? Pake re-entry2an segala!" Ini pertanyaan sepertinya terdengar lebih bersifat provokatif dan sindiratif πππ hahaha (dalam hati mengiyakan si hihi). Ya gimana? Wong namanya kebijakan pimpinan. Singkatnya, tentu gak bisa berargumen donk buat saya kecuali ngikutin. Tapi memang, di ketentuan progam scholarship yang saya ikuti ada tentang re-entry. Jadilah saya mengikuti program tersebut selama 6 bulan full (plus 1 bulan tambahan karena project yang belum kelar).
Hemh..Re-Entry! Idealnya, ini adalah program dimana saya dan teman-teman yang baru selesai tugas belajar diharapkan bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu yang kami peroleh dalam berbagai bidang dan kompleksitas pekerjaan. Tujuannya pun mulia, untuk menguatkan reformasi birokrasi internal di kantor tempat saya kerja (eh ini seperti clue ya dimana saya bekerja). Mulailah saya dan teman-teman semangat untuk berdiskusi dan bertukar ide, kita harusnya ngapain. Tentunya ide-ide yang sangat keren dan brilian, ditambah permasalahan-permasalahan tersebut sudah kami kenali dari sebelum kami kuliah. Jujur ya kadang "gerah" sendiri jadinya melihat kompleksitas permasalahan hahaha. Ada yang menyumbang ide perbaikan sistem penilaian kerja dan kompensasi, ada yang beride bagaimana sebuah sistem kebijakan itu disusun, apalagi menyangkut hajat hidup orang banyak, dan masih banyak ide lain. Tentunya pengalaman di luar kantor baik di dalam negeri maupun liat negeri memberikan pengaruh dalam pola berpikir dan bersumbang ide. Hahaha but when you face the reality, pusing pala berbih. πππ sepertinya dikubur dulu dech ide-ide itu. Dihujat umat nanti mbhahahahahak.
Haha hari pertama program re-entry dihadapkan pada persoalan ruang kerja dan fasilitas. Wow, ini dilema banget loch! Bete juga! Gimana mau langsung kerja kalau nggak ada ruangan dan alat? (gaya beut mau langsung kerja). Haha setelah kurang lebih 2 minggu, akhirnya barulah dapat kepastian ruangan (itupun kurang lebih sebulan kemudian, dipindah, dan pindah lagi). Hahaha ya sudahlah ya. Idealnya, dalam program re-entry, sebelum pegawai balik sudah ada rancangan program terdiri dari apa saja dan rencana penempatan selama re-entry termasuk ruang dan fasilitas kerja. I would love to imagine that these are an automatic procedure, because it could be predicted when the employees finished their study. Yah mungkin kantor sibuk karena memang masa transisi. Tapi untuk next batch, sudah langsung ada ruang dan penempatan kok.
Soal program. Mungkin banyak yang bilang, duh ngapain si kalian itu ngerjain kerjaan unit sana? Itu kan kerjaan mereka. Indeed I agree with this one. Nevertheless, justru itulah yang menjadi target program re-entry. Mempercepat kinerja internal organisasi. (Sedikit sumbang saran), idealnya ini adalah kerjasama antara unit terkait (seluruh member di dalamnya) dengan para peserta re-entry. Dimana berbagai permasalahan dan target kinerja yang belum tercapai diharapkan bisa selesai dengan lebih cepat dengan adanya kinerja dan ide-ide dari para (so called) fresh-graduate employees. Dalam program re-entry, diharapkan para pegawai yang baru kembali dari kuliah mampu memberikan inovasi dan kreativitas untuk mensolve berbagai kompleksitas permasalahan yang ada. Atau ekspektasi lebihnya harus mampu memberikan hal-hal baru yang meningkatkan kinerja organisasi. Sounds awesome, isn't it?
Back to the story, baiklah akan saya jelaskan apa yang kami lakukan. Awal tim re-entry adalah berlima, saya, jeny, ira, awe, dan gita. Baru di bulan ke 4 kami bekerja risky, dinda, dan mas desi kemudian nyusul. Proyek pertama kami adalah mempercepat tersusunnya peraturan tentang SOTK yang katanya udah hampir setaun "delay". What a challenging task! Segera kami membentuk tim dengan pembagian tugas. Kami langsung bagi tugas dan membuat time schedule atau bahasa kerennya adalah membuat PDCA-based table dan langsung kami eksekusi. Gita bag RB, jenny Lemtalak, saya SDM, Ira Yanlik, dan Awe Sekretariat. It looked perfect! Kenyataannya, it was full of challenge! Mulai dari susahnya ngumpulin data, sampai revisi bolak balik. I think i was lucky, unit kerja yang saya tangani nggak ribet. Well, di sini saya belajar satu hal yang sangat penting. Team work! Ya, saya bukan tipikal orang yang senang bekerja dengan tim. Dari sinilah saya mulai belajar untuk menghargai dan percaya bahwa masing-masing orang bisa mengerjakan partnya dengan baik. Jujur saja, saya nggak biasa bekerja dengan pace yang pelan (walaupun kelemahan saya adalah I'm a due-time person). Saya juga orang yang tidak senang berdiskusi, so time wasted! Mending saya langsung ngerjain ini itu daripada diskusi ujung-ujungnya debat (baca: saya sebenernya orangnya ngeyelan tapi mau kerja..bukan yang ngeyel tapi ngomong doank dan mau enaknya aja). Tapi dalam tim ini saya belajar untuk not too selfish. Namanya tim, sebenernya kamu akan dituntut untuk nggak memikirkan diri sendiri, apalagi mengamankan diri sendiri. Apparently, ini yang kebanyakan terjadi dalam organisasi dan inilah yang menghancurkan organisasi. That is why, saya dari dulu menghindari kerja bareng-bareng, karena I took it literally and unfortunately not everyone has the same objective as I am. Jadi seringnya saya sebel sendiri, karena ekspektasi saya terlalu besar. Walaupun saya akui, kadang dominasi saya masih terlalu keliatan hihi. However, in this tim, indeed I've tried my best to adjust my self to the tim pace.
Back to the story, baiklah akan saya jelaskan apa yang kami lakukan. Awal tim re-entry adalah berlima, saya, jeny, ira, awe, dan gita. Baru di bulan ke 4 kami bekerja risky, dinda, dan mas desi kemudian nyusul. Proyek pertama kami adalah mempercepat tersusunnya peraturan tentang SOTK yang katanya udah hampir setaun "delay". What a challenging task! Segera kami membentuk tim dengan pembagian tugas. Kami langsung bagi tugas dan membuat time schedule atau bahasa kerennya adalah membuat PDCA-based table dan langsung kami eksekusi. Gita bag RB, jenny Lemtalak, saya SDM, Ira Yanlik, dan Awe Sekretariat. It looked perfect! Kenyataannya, it was full of challenge! Mulai dari susahnya ngumpulin data, sampai revisi bolak balik. I think i was lucky, unit kerja yang saya tangani nggak ribet. Well, di sini saya belajar satu hal yang sangat penting. Team work! Ya, saya bukan tipikal orang yang senang bekerja dengan tim. Dari sinilah saya mulai belajar untuk menghargai dan percaya bahwa masing-masing orang bisa mengerjakan partnya dengan baik. Jujur saja, saya nggak biasa bekerja dengan pace yang pelan (walaupun kelemahan saya adalah I'm a due-time person). Saya juga orang yang tidak senang berdiskusi, so time wasted! Mending saya langsung ngerjain ini itu daripada diskusi ujung-ujungnya debat (baca: saya sebenernya orangnya ngeyelan tapi mau kerja..bukan yang ngeyel tapi ngomong doank dan mau enaknya aja). Tapi dalam tim ini saya belajar untuk not too selfish. Namanya tim, sebenernya kamu akan dituntut untuk nggak memikirkan diri sendiri, apalagi mengamankan diri sendiri. Apparently, ini yang kebanyakan terjadi dalam organisasi dan inilah yang menghancurkan organisasi. That is why, saya dari dulu menghindari kerja bareng-bareng, karena I took it literally and unfortunately not everyone has the same objective as I am. Jadi seringnya saya sebel sendiri, karena ekspektasi saya terlalu besar. Walaupun saya akui, kadang dominasi saya masih terlalu keliatan hihi. However, in this tim, indeed I've tried my best to adjust my self to the tim pace.
Nah dalam prosesnya, kami menerima proyek lain untuk membuat training need analysis. Tadinya supervisor (i prefer to call it a supervising) inginnya semacam kuesioner yang biasa. Tapi, berhubung kami semua masih fresh graduate, apalagi yang kuliah di luar negeri semuanya serba online, sepertinya lebih praktis untuk membuat online survey kepada seluruh pegawai dengan media google form. Hahaha alasannya biar lebih "save the earth" alias paperless dan biar keliatan lebih keren lah jaman teknologi gini. Langsung kami bagi tugas membuat materi (in charged by me) tapi diskusi bareng-bareng, lay out by jenny. Setelah riweuh sana sini, akhirnya survey dilaunch juga. Huft, harus pelan-pelan memang mengenalkan sistem online ke semua pegawai. Nggak semuanya familiar dan mau mengisi, let's say only about 70% filled the survey. Materi survey itu sendiri sebenernya nggak hanya kebutuhan, tapi juga kepuasan pelaksanaan training atau diklat taun sebelumnya jadi penting banget untuk perbaikan pelaksanaan selanjutnya. Sebagai tim (kami punya nama populernya adalah kelas internasional mbhahahaha), sometimes inisiatif itu diperlukan. Sebenernya kami belum disuruh, tapi iseng beberapa inisiatif untuk memulai rekap data hasil dan membuat format laporan analisisnya. Walaupun awalnya nggak begitu direspon dengan baik oleh beberapa kawan lain karena katanya belum ada instruksi, apparently it well done! Karena ternyata, laporan pun diminta kemudian. See? inilah dinamika kelompok dalam tim. Nggak semua satu ide dan satu paham, tapi ketika dihadapkan pada satu tujuan, harus ada kesukarelaan menerima inisatif. Dan, pada akhirnya semua merasa puas, ditambah dengan layout laporan yang indah (thanks to Gita). Ternyata bekerja di tim itu nggak selalu bikin bete, sometimes it is fun! apalagi ketika semua memiliki visi yang sama, kerja cepat dan tuntas. Jadi ketika salah satu atau beberapa orang memiliki kendala, segera yang lain sigap membantu. Tapi nggak selalu kerja sama berjalan dengan mulus. Jujur aja, leadership saya agak terlalu tinggi untuk ukuran perempuan. Disinilah saya belajar untuk menurunkan ego dan belajar untuk meng-encourage teman-teman lainnya untuk take part as a leader. Cuma kadang memang nggak semua memahami cara saya meng-encourage orang lain. But, once again, i have tried my best. I think, i supposed to thank to all of my friends for their patience! π
Then, the other "sudden" projects also came, yaitu menyusun draft peraturan tentang tugas belajar, membuat business process, analisis jabatan (dan abk) yang akhirnya diganti ke project hcdp (yang minta perpanjangan waktu re-entry), survey organisasi, dan entah apalagi saya lupa. Doeee, ini emang projects apa doyan dan ketagihan ngasih kerjaan? Hahaha. To be honest, ngedumel itu pasti, karena kesannya ini kaya total football. Tapi lagi-lagi target kami adalah "well-done!", ya udah si kerjain aja yang penting selesai. Gitu ceritanya.
Jadi as usual, yang kami lakukan adalah brain storming tugas (ini singkat nggak perlu bertele-tele), ambil white board dan spidol, bikin tabel, tulis tugas-tugas yang harus dilakukan, urutkan berdasarkan tahapan dan prioritas, bentuk PIC untuk masing2 tugas (ini perpaduan antara penunjukan dan voluntary hihi), eksekusi masing2 tugas, lapor dan update progress ke koordinator dan ketua kelas (hahaha yang ini udah suara mutlak mengarah pada awe sebagai satu-satunya laki-laki), saling bantu dan backup mana yang belum selesai. Nggak sangka! Semua tugas dan target selesai dengan baik! Kerja luar biasa dari tim! Ditambah risky, dinda dan mas desi, tim ini sungguh luar biasa. Tentunya support supervisi dari unit SDMO! Keberhasilan terbesar tentunya adalah selesainya SOTK dalam waktu kurang dari 6 bulan! Bayangin aja, itu pun disambi ngerjain proyek-proyek lain. Jadi, boleh donk kami sombong sedikit hahahaha. #tsaaah #padahalkerjanyanggakpakemikir #eh #mintadijitak. Mudah-mudahan si yaaa..apa yang kami lakukan dan kami kerjakan, including pola pikir dan pola kerja sedikit banyak berimplikasi positif terhadap unit kerja yang bersangkutan pas kami re-entry, at least ngaruh dikit sama orang-orang yang terkonek dengan pekerjaan kami saat itu..I remember how i was upset to a friend who "disregard" what i was doing. Being professional is respecting what others doing (walaupun yang sedang dikerjakan itu memancing kebetean juga hahaha). Mudah-mudahan lagi ya, dengan terbiasa bekerja secara tim, terstruktur, well-organized, knowing goals and its objectivity, even though it was insignificantly impacting the organization performance, at least it was affecting other's individual performance. I hope #sebuahpenekanan. Tapi kalau sudah mengakar kuat dan sulit berubah ya apa daya. minimal udah berkontribusi :p
Satu hal yang saya lupa cerita, projects by projects itu kadang (bahkan seringnya, even always) datengnya super dadakan dan minta selesai dalam waktu yang di luar lazimnya. Sampe-sampe ada istilah, kerjanya kaya bikin candi yang semalem jadi (Ira, 2016). Hahaha mo gemana lagiiiii...tapi semuanya akhirnya, well-done! Lagipula, ada masa senang-senangnya juga si..sempet buat belanja sayur mayur ke supermarket seberang, makan siang demi mewujudkan #pertemananhemat dan #pertemanangratis, ada yang nonton (ups!), dan yang paling penting, ketawa-ketiwi sambil ngegosipin kantor, ngabisin kertas ber-rim2 buat nyetak kuesioner hcdp, dan pot luck!!!!! It was great time! rasanya balik ke unit kerja masing-masing dengan pace yang berbeda, is another challenge!
Jadi, kalau ditanya, "re-entry emang ngapain aja si?" Sudah bisa ya dijawab.. πππ
*kereta api purwojaya, eksekutif 2, 6D
07052016 menuju Jakarta
well that's a pretty cool re-entry story, but wait until you hear mine. LoL
ReplyDeleteHahaha..Should I thank of you saying it was cool story? i don't The point is not in the work itself (or so called it work? but on the team i had (indeed i proud of them, and it was a loosing for us not having you in us anymore, such a big loose!). Anyway, i believe, truly deeply believed, that yours is the coolest story ever!!! hahahaha
Delete6 bulan yang penuh suka duka yaa,, 'gerombolan' pertama re-entry. hehe
ReplyDeleteDan mskipun re-entry nya udh selesai ttp berasa ada yg kurang kalo belum nengok ulp tiap hari, ex markas besar dan saksi bisu tempat dimana semua ide, omelan, debat kusir, curhatan, tawa2 n emosi keluar.hahaha
Kebanyakan emosinya kali ya wkwkwkww
Deleteblog yg Γ©kspresif'sama kayak gaya komunikasi verbal yg nulis nih ;p
ReplyDeleteSetiap kita pasti punya kesan sama proses re-entry. Buat gw Re-entry dgn segala macem dinamikanya bikin gw lebih kenal sama diri sendiri, lingkungan kerja, & temen-temen re-entry pastinja..
mbahahaha..jadi ini komen yang provokatif dan sindiratif? :p
DeleteGood job guys, walaupun Total fotball yang diusung Van Gaal gagal musim ini, kalah sama gaya bermain Rannieri kombinasi kick, rush and catenacio tapi tetep saja membawa Hasil yang maksimal,...
ReplyDeleteHello Big guy with big dream, kapan kita berebut masuk lift lagi,..
Semangat terus "kelas internasional"
Hi sheghietz..long time no see..thanks udh nyempetin mampir..Agrreee agreee..walo nggak sepenuhnya ngerti bola, tapi bener...tepat nggaknya strategi ya tergantung sama pelatih..tapi sukses nggaknya itu kerjasama antara pelatih dan pemain..jadi itulah ya analoginya sama kaya organisasi..pelatih ibarat leadernya, pemain bolanya ya ibarat member organisasinya...good luck to you ya!
ReplyDeleteapapun permasalahan dan dinamikanya, saya suka sama program re-entry ini karena bisa bikin hidup lebih santai hahaha... gue masih re-entry nih mudah-mudahan nantinya kegiatan re-entry ditambah kegiatan magang di instansi lain misalnya membantu kecamatan cibinong *ngareph!
ReplyDeleteYeaaay....semangat kiii....
Delete