Sunday, July 12, 2015

Mengawali jejak di Blue Banana (Part 2) : Visa UK for General Visit (Visa 6 bulan)

Kali ini, saya mau sedikit share pengalaman mengapply visa UK. Yup, visit saya ke Dusseldorf beberapa bulan lalu adalah untuk mengapply visa ke UK. Hehehehe hasrat explore negara2 tetangga nggak bisa dibendung euy :D
Kalau ada yang bertanya, kenapa nggak di Amsterdam aja si applynya? kan study dan tinggal di Belanda. :) ini dia alasannya:

  1. Secara kalkulasi biaya pendaftaran visa, Dusseldorf lebih murah dibandingkan di Amsterdam (jangan tanya kenapa, dari sononya ;) ) untuk Dusseldorf, kemarin sekitar EUR 121, sedangkan di Amsterdam bisa lebih (lupa pastinya)
  2. Memang si transport ke Amsterdam bisa diakalin lebih murah pake group ticket kereta, karena emang ticket kereta di Jerman lebih mahal, tapiiiii...saya pengin ngerasain bedanya kereta di Belanda dan di Jerman (naonseh ini alasannya hahah) Fyi, saya memakai one day train ticket (Schonentag, sekitar EUR 29, lumayan si, tapi pengalaman lebih bernilai hiihihi). Untuk tiket di jerman, jauh lebih murah kalau booking in advance alias jauh-jauh hari melalui website BAHN, semacam KAInya Jerman. Di situ kita bisa memilih berbagai type tiket sesuai kebutuhan kita.
  3. Dusseldorf memiliki bandara internasional yang melayani penerbangan dari dan ke berbagai negara di Eropa, sehingga menjadikan Dusseldorf sebagai salah satu kota terbesar di Jerman. Walaupun saya beberapa kali ke Aachen, tapi rasanya belum sah ke Jerman kalau belum ke kota-kota lainnya di Jerman. Jadi ada alesan kuat saya untuk menyempatkan explore negara tetangga. And that was awesome! nggak salah saya pilih Dusseldorf! jangan kaget ya ketika di sini, jarang ada orang yang bisa berbahasa inggris. Jadi saya cukup mengandalkan google translate dan bahasa tubuh :)
hehhe...ok, sekarang proses applikasinya akan saya jelaskan..

Pertama,

Puasa 19 Jam

Ini adalah pengalaman puasa saya pertama di Belanda. Nggak sangka, di tahun 2015 ini, puasanya bertepatan dengan dimulainya musim panas. Sah sudah, puasa kali ini akan jauh lebih lama dari waktu puasa di Indonesia yang hanya sekitar 14 jam. Ya, waktu puasa di Belanda kali ini adalah 19 jam. Hihihi..sebelumnya, nggak pernah dibayangin si akan seperti apa, yang tergambar di benak saya ya berarti menahan laparnya lebih lama 5 jam. Itu saja. Eh, tapi saya super excited menyambut puasanya loch..penasaran banget, rasanya puasa 19 jam.

Bismillaah, let's begin the story..

Saturday, May 9, 2015

Mengawali jejak di Blue Banana (Part 1) : Sebuah pemikiran tentang transportasi di Jakarta



Hari ini adalah perjalanan pertama saya ke Jerman, tepatnya Düsseldorf. Kalau Aachen saya anggep pintu gerbang perjalanan saya ke Jerman, maka Düsseldorf adalah pintu gerbag saya ke non-Schengen countries. Ya, saya mau submit dokumen untuk apply visa ke UK, nanti saya jelasin kenapa lebih memilih kota ini daripada Amsterdam untuk apply visa. Saya baru saja mengetahui bahwa ternyata Düsseldorf adalah salah satu kota yang termasuk dalam jalur Blue Banana. Jalur ini disebut juga European Blackbone karena telah menunjukkan potensi perkembangan paling besar di geo-ekonomi Eropa.

Dimulai dari rush morning, fiuh yang biasanya jam 7 masih berada di balik hangatnya selimut, dalam waktu 30 menit harus sudah di halte untuk mengejar bis yang ke stasiun Maastricht untuk lanjut ke Aachen. Walhasil, tadi pagi adalah waktu tercepat saya siap2, 15 menit mandi, 3 menit pake baju, 2 menit masuk-masukin barang ke tas sambil ngecek takutnya ada yang kelewat, dan 5 menit untuk turun dari lantai 6 dan lari ngejar bis di halte depan flat. Pas banget keluar flat, liat bis di kejauhan. Syukurlah sopirnya liat saya lari dan dia mau menunggu. Biasanya si sudah pasti ditinggal Haha setelah 7 bulan tinggal di sini (Maastricht) baru tahu saya, rupanya daycard (daagkaart) bus itu baru bisa dipake setelah jam 9 lewat, jadi kalau untuk pagi harus beli 2 tiket seharga 11 EUR (normally, daycard ticket ke Aachen itu cuma 8,5 EUR). Enaknya daycard nich, bisa dipakai kemanapun selama 24 jam selama masih wilayah Maastricht dan wilayah menuju Aachen dengan provider bus yang sama (kebetulan provider di Maastricht adalah Veolia).

Alhamdulillaah, sampe di bus stop Maastricht Main Station tepat waktu, akhirnya bisa ngelanjutin tidur di bis menuju Aachen. Hehe nggak dink, karena tiba-tiba saja kepikiran tentang problematika transportasi publik di Jakarta, entah kapan transportasi di Jakarta bisa layak dan termanajemen dengan baik. Intinya si kapan problematika kemacetan teratasi?

Banda Neira - Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (Live)

I'm just not brave enough to say, I love you..   mungkin memang hal bodoh tapi setidaknya biarkan semua hadir dan muncul dalam ingatanku...