Saturday, February 7, 2015

A Short Escape in Winter 2014 (part 5): Budapest, Sebuah Catatan Memahami Sejarah Dunia!


Ya, Budapest adalah kota terakhir dalam perjalanan Eastern Europe Trip 2014.  Membayangkan bahwa liburan saya akan segera berakhir dan 2 ujian resit sudah menunggu dan buku2 yang saya bawa hanya sekali dua kali saya baca itu selalu membuat saya panik. Ouch, perut selalu tegang! Hihihi..tapiiiii rasanya terlalu sia-sia kalau selalu cemas. It's time to have a story in this city! Hahaha sungguh sebuah tekad yang besar!

Kami tiba di Budapest siang hari. Hemh..lagi2 agak repot karena harus menukar mata uang ke Hungarian Forint. Tapi nggak seribet di Prague si, karena kami sampainya siang jadi mudah untuk menukar ataupun tarik tunai. Daaan, untuk membeli tiket kereta pun, kami bisa menggunakan kartu debit atau kartu kredit langsung di mesinnya. Saya cuma bisa, "wow!" Hahaha maklum, datang dari sebuah negara yang masih belum kenal kata efisien hihihi. Ok, step pertama adalah mengambil peta atau city map gratis. Sempat bingung juga ketika mencari jalur ke arah hostel yang kami booking. Hihi anton dan putri sibuk ngeliatin peta, saya diem aja. Abis kalau saya ikut2an ngeliat peta, yang ada malah diskusi nggak selese2. Sebenernya, solusi paling cepat buat saya adalah nanya ke polisi atau ke penduduk lokal. Wow! Patut diacungi jempol! Dari semua polisi dan penduduk lokal yang saya tanya, mereka nggak hanya menjelaskan secara verbal, tapi juga langsung assisting by action. Yang terakhir malah, si mbak2 warga lokal menunjukkan dan mengantar kami langsung ke depan penginapan tujuan kami. Wes wes, baik syekalih ya! Coba boleh dipeluk hihihi. Buat yang sering nyasar di tempat asing, pasti tau rasanya ketemu orang-orang baik.

Singkat cerita, kami menyewa satu kamar bertiga. Nggak masalah, karena saya tetap berkerudung biarpun tidur. Penginapan kami adalah Fani Budapest Guest House, as we already booked before the trip begun. Fanni Budapest Guest House ini beralamat di Rákóczi út 61. Jangan khawatir susah nyari alamat, google map di eropa cukup valid kok beda sama di Indonesia yang bisa pindah-pindah hahaha. Sampai di guest house, kami tinggal nyebutin nama booking, bayar, dan langsung terima kamar. Sebelumnya kami ngasih tahu perkiraan jam tiba di Budapest. Karena kami agak terlambat, kami konfirm ke pemiliknya, dan ramahnya nggak ketulungan. Pas ditelepon, doi ngasih tau sampe detail rute ke penginapan dari subway station. Bangunan-bangunan di Budapest hampir mirip dengan bangunan di Warsaw. Saya baru tau, ternyata meskipun dari luar keliatannya seperti padat dan nggak ada space ruang terbuka, ternyata di dalamnya itu ada taman di tengah2nya. Umumnya, bangunan didesain seperti kubus yang tengah-tengahnya ada space kosong terbuka. Jadi jangan khawatir nggak dapet udara segar. Pun di Guest House tempat kami menginap. Fasilitas cukup lengkap, ada wifi dan small kitchen. Bahkan kami bisa memanaskan makanan karena tersedia microwave. Juga kulkas. Untuk minuman hangat, tersedia pula kopi dan teh. Nyaman! Cuma satu si minusnya, pemanas ruangan atau heater nggak selalu maksimal kerjanya. Pas kami datang, heater masih dalan keadaan dingin. Tapi ya udah si, toh tetep hangat. Ruangan kami memiliki kamar mandi sendiri, dan tersedia tv, meja dan kursi. Mirip kamar sendiri sebenarnya. I would give my two thumbs up for this house!

Putri dan Anton memilih untuk langsung jalan-jalan menikmati kota sambil cari makan malam. Sementara, saya memilih untuk stay di kamar dan nitip beliin makan apa aja yang penting halal (read: vegetarian or fishes). Selain karena kaki saya sakit (bekas patah tulang kalau cape kambuh nyut-nyutnya), dan badan kebetulan mulai protes juga kecapaian, i felt sooooo guilty belum membaca bahan2 kuliah yang saya bawa. Jadi, staying at home would be the best decision. Lumayan lah dua tiga jam belajar sebelum tidur. "Tomorrow, my journey is begin!", batin saya.

Keesokan paginya, aktivitas dimulai dengan sarapan makan malam yang Anton dan Putri bawakan..thanks guys! (hihihi soalnya guest house ini tidak menyediakan sarapan). Setelah itu kami bersama2 menuju stasiun. Entah kenapa saya begitu tertarik untuk menonton pertunjukan opera. It was one of my obsessions about this city. Jadi saya bilang ke anton dan putri lebih baik jalannya split sesuai interest masing2 (haha karena tentunya nonton opera akan sangat makan waktu, and definetely that was not their passion!). Kami keluar bareng-bareng menuju Blaha Lujza tér M, yaitu stasiun kereta terdekat yang berjarak kira-kira 6 menit jalan kaki dari penginapan. Tujuan saya adalah Oktogon M, dari situ jalan kaki kira-kira 5 menit ke Opera House. Tataaaa......sampailah saya di opera house yang saya idam-idamkan!

Hungarian State Opera House atau dalam bahsa lokalnya adalah Magyar Allami Operahaz, merupakan sebuah gedung untuk pertunjukan opera. Perlu diketahui bahwa opera masih menjadi salah satu favorit hiburan masyarakat Budapest. Bangunannya masih berciri klasik khas Neo-Renaissance dan terletak di pusat kota Budapest, tepatnya di jalan Andrássy út, hihi..jangan heran ya nama jalanan di Budapest kebanyakan ada "út út" nya di belakang. Kalau di inggriskan, út itu berarti out atau di luar..agak mikir si apa hubungannya sama out hihi. ya sudah lah ya. Mengamati bangunan opera house yang klasik ini, saya untuk kesekian kalinya merasa beneran di Eropa haha udik ya! Eh tapi demi melihat orang-orang ramai pada masuk, buru-buru dech saya masuk buat ngantri tikeeet, takut kehabisan booook! Kebanyakan pengunjung memakai baju rapi, jas dan dress lengkap dengan coat khas musim dingin, rapi jali pokoknya. Sempet minder si, saya ala backpacker dengan kamera segede gaban plus tas ransel. Tapi ya udah lah cuek aja lah ya, wong saya mau nonton.. (ini sebuah pembenaran, aslinya karena nggak prepare). Daaan, beneeeran deeeechhh...tiket abis!!! hikz..buyar sudah mimpi nonton opera asli di negeri eropa! huhuhu...padahal it would definitely be amazing! Tanya sama petugas loketnya, katanya baru besok ada lagi..huhu what? padahal cuma sebentar ik di sininya. Ya sudahlah, sambil sedih gitu ya berdo'a aja suatu saat kesampaian lagi ke sini buat nonton opera yang tertunda hikz aamiin..yah sapa tau pas honeymoon, ya nggak? hewhewhew

Yuk lah, buat ngobatin kecewa, jadilah jeprat-jepret bangunan dan sekitarnya, sambil pula jalan kaki.. :D 
hihihi mayan lah ada foto di depannya..biarpun nyempil..oy, buat ngedit ini foto2 jadi satu, saya pake aplikasi CollageIt :D

Hemh..sempet bingung si mau kemana lagi. Well, sometimes, I just follow my step on. Niat pertama adalah ke kantor pos, buat kirim kartu pos as my habit. Tapi ternyata tutup, masih libur. Ya sutra dech, akhirnya memutuskan buat jalan-jalan ke Elizabeth Square atau bahasa lokalnya adalah Erzsébet tér, Sebenernya dari gedung epera jalan kaki ke Elizabeth Square hanya 10 menit, tapi berhubung terlalu indah buat dinikmati, jadinya ya santai aja jalannya, setengah jam baru nyampe hihi. Elizabeth Square ini adalah salah satu alun-alun utamanya kota Budapest. haha kali disebutnya alun-alun. Konsep Elizabeth Square ini sendiri menyerupai taman kota dimana ada banyak pepohonan dan bangku-bangku taman yang semuanya tertutup dengan salju. Ada juga fontain atau air mancur di tengah-tengah. Sisa hujan salju semalem masih tebel banget dan eye-catching banget buat main-main dan difoto-foto. Aduh, udik banget guweh...to be honest, di Budapest inilah saya baru sekalinya ngeliat salju agak lumayan tebel, dimana jalan kaki biarpun udah pake boots, tetep dingin dan hampir kepleset. Jadi musti hati-hati. Pokoknya, gitu banget dech. Hihi kalau nggak inget diri si maunya cengar-cengir melulu saking senengnya. Bersyukur banget tentunya sama Tuhan, Alhamdulillaah ya Allah, siapa sangka si bisa jalan-jalan ke Eropah sini, padahal kan tujuan utamanya studi :D (hihihi ya kalii). Pengin banget sebenernya duduk2 di bangku taman dengan suasana seperti ini. Winter, pake baju hangat jaket tebel, suasana gloomy langit abu2 plus jomblo! Pas banget kan buat baper-baperan?! eaaa..hahaha Tapi daripada celana basah karena  ngedudukin salju, mending jalan-jalan aja lah yuk jeprat jepret sambil ngetes ini skill fotografi masih bisa dipake apa udah ketelen materi ujian :p

across the road of Elizabeth Square
fountain


Sziget Eye di Elizabet Square..nyebrangnya musti di zebra cross





Elizabeth Square

hampir semua ketutup salju
hehehe skill foto masih tersisa dikit,
gimana nggak baper coba




aselik! ini foto maksa banget demi trend selfie! padahal dingin bangeeet!





Dari kemarin liat salah satu pamflet, pengin banget nyobain naik Sziget Eye, semacam London Eye-nya Budapest. Kalau di Indonesia ini si namanya bianglala hihi. Untuk bisa naik Sziget Eye, kita harus membeli tiket dan antri. Karena masih early morning (padahal kalau menurut saya si udah siang yah), antrian nggak begitu banyak. Okey, kamera ready, tapi tangan asli udah hampir beku. Dingin beut! Nah, pas di atas, di titik paling topnya, kita bisa melihat penjuru kota Budapest. Gedung Parlemen dan National Theater pun terlihat dari kejauhan. Yang paling gampang dikenali adalah The Hungarian Royal Palace dengan kubahnya yang berwarna hijau (hahaha di photo collage nggak begitu keliatan ya). Kurang lebih 20 menit naik bianglala. Di dalam kabin ada caution atau petunjuk dalam bentuk image maupun tulisan berbahasa Hungaria. Hehe jangan harap bisa mempronounce dan membacanya, mengeja saja nggak tau gimana. Huruf-huruf vokalnya terkadang memakai aksara-aksara tertentu. Sebenernya waktu segitu itu nggak cukup karena kabinnya hangat dan menikmati pemandangan di ketinggian itu membawa keasyikan dan kenikmatan tersendiri. Rasanya, kalau nggak inget tiketnya mahal ( ‎€8 atau 2400FT/Forint), pengin banget bolak balik naik ini. Hihihi.





Does it look fun? yeeeessss! tapi kenapa ekspresi gw lempeng bener begitu ya hahaha...please abaikan!
Puas naik Sziget Eye, kaki melangkah ke arah seberang menuju gereja St Stephen's Basilica, salah satu gereja terbesar di Budapest. Populasi Budapest terbesar adalah agama Katolik (lebih dari 50% penduduknya beragama Katolik, Katolik Roma, dan Ortodok). Maka tidak mengherankan kalau suasana Natal terlihat meriah, apalagi dengan adanya Christmas Market yang biasanya ada di setiap bulan Desember untuk menyambut Natal. Cuma sebentar saya disini, karena saya masih ada destinasi lain yang harus saya kunjungi, yaitu Parliament Building, dimana itu meeting point saya dan travelmates saya, Anton dan Putri.
hihi lagi seneng pake photo collage..karena pake aplikasi gretong ya sudahlah ada iklan sponsor dikit :p
di sini sempet liat pembuatan alat-alat yang teruat dari logam secara tradisional




rapi kan parkirnya? ;)
Arany János u.
Dari Sint Stephan Bassilica, saya jalan kaki menuju Parliament Building. Tentu saja ngandelin city map dan map offline yang saya download sebelumnya. Selain itu, tripadvisor.com juga ternyata menyediakan aplikasi peta offline yang bisa jadi guide ke destinasi saya. Menyusuri jalan Bajcsy-Zsilinszky út, sebenarnya kalau berjalan lurus terus akan lebih mudah mengambil rute langsung belok kiri ke arah Alkotmány utca, tapi saya sengaja memotong jalan belok kiri ke jalan Arany János utca karena saya mau ke Soviet War Memorial yang teletak di Downtown Budapest, tepatnya di Szabadság tér atau yang dikenal dengan Freedom Square. Bicara tentang sejarah, sepertinya agak pelik. Karena, di Freedom Square ini kita bisa menemukan keterkaitan sejarah antara Yahudi (Jew), Nazi (German), Komunis (Soviet), dan Amerika. Soviet Liberation Monument dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada para tentara Red Army atau pembebasan Soviet atas pendudukan Nazi German di Hungary dalam kurun 1944-1945 (as same as Indonesia fought for its fredom in 1945 upon Dutch colonialism). Nah, dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1989, Hungary akhirnya memperoleh kedaulatan penuhnya dan terbebas dari Soviet. Hal ini tak lepas dari dukungan penuh Presiden US saat itu, Ronald Reagen. Nggak heran, di dekat Soviet Monument ini, berdiri patung Presiden Ronald Reagen menghadap ke US Embassy, Fyi, Soviet Monument terletak di tengah-tengah antara patung Ronald Reagen dan US Embassy. Nggak ngerti juga filosofi penataannya bagaimana kok bisa begitu. Nah di depan US Embassy persis, ada patung Major General Harry Hill Bandholtz. Awalnya nggak kenal si, tapi setelah baca sana-sini, ternyata doi adalah perwakilan Amerika dalam Aliansi Sekutu yang membubarkan tentara Hungary, sekaligus mengawasi penarikan mundur tentara Serbia dan Rumania dari Hungaria. Dia juga melindungi ratusan koleksi benda seni di Museum Nasional dari ancaman pencurian oleh tentara-tentara Rumania yang ditarik mundur. Nah kalau soal Jew, nggak udah obvious keterkaitannya sama Nazi, karena di Budapest ini ada banyak Sinagog juga. Haha puyeng kan je cari tarikan sejarahnya? Ik juga puyeng nich. Hehe..tapi mumpung gaya patungnya bagus, poto-poto wajib hukumnya. Nggak pake gengsi-gengsian, berhubung solo, saya stop aja turis yang sedang lewat, minta tolong untuk memfoto saya (maklum nggak punya tripod, lagi berat keleus bawa-bawa) hihi..tataaa..here are some pictures!



the statue of Major General Harry Hill Bandholtz
Soviet Monument



  
  
romantic, isn't it? ;)





















Patung Imre Nagy
well, foto ini atas bantuan seorang mbak-mbak
bule yang saya stop buat dimintain tolong fotoin
:D
Duuh..sampai di sini, batere kamera udah kedap kedip, wah harus buru-buru karena masih ada satu destinasi lagi yaitu gedung Parlemen Budapest. Dari Freedom Square, saya berjalan lurus sesuai dengan arah peta (perasaan si jalannya lurus ke arah selatan, tapi aslinya entah..buta arah bok!). Ternyata, saya melewati lagi satu patung, yang tampaknya adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Hungary. Belakangan, baru saya tau itu adalah patungnya Imre Nagy. Nah kalau yang tadi baca paragraf sebelumnya soal sejarah Hungary. Patung bapak Imre Nagy ini pun masih lekat kaitannya dengan sejarah komunis dan pembebasan rakyat Hungary. Dalam catatan sejarah, kebijakan yang dilakukan oleh Partai Komunis setelah memangkan pemilu 1947 sama sekali tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, dan tampillah Nagy dengan ide-ide yang bertolak belakang. Pemikiran dan langkah-langkah yang dicetuskan oleh Imre Nagy bersifat terbuka, membuka kesempatan modernisasi bagi rakyat Hungaria, membuka kesempatan bagi sektor private (swasta) untuk berproduksi, mengembalikan kebijakan-kebjakan pada negara dan bukan lagi partai politik, tidak adanya lagi kamp konsentrasi, dsb. Overall, ini adalah sebuah inisiatif yang kontroversial di tengah-tengah kekuasaan partai komunis. Sempat disingkirkan karena ide-idenya tersebut, pada tahun 1956, Nagy akhirnya kembali diangkat sebagai Perdana Menteri setelah revolusi rakyat yang sudah jengah (tentunya dengan dukungan kaum intelektua) terjadi. Inilah yang akhirnya disebut sebagai simbol kebebasan, walaupun sangat singkat karena pasukan Soviet kembali datang dan mengintervensi secara militer. Nagy kemudian ditangkap dan dieksekusi di Rumania. Tidak heran jika patung Imre Nagy ini dibuat dengan ekspresi seakan-akan menatap di kejauhan Gedung Parlemen. Fiuuuh...sangat menarik memang membaca tautan sejarah, untuk itu saya makasih banyak ke sebuah blog yang nggak sengaja saya ketemu (click here), yang sedikit banyak membuat saya mengurai benang kusut yang ada di otak saya. Makasih pak Tobing :)

Yuk lah, cekot-cekot karena baca sejarahnya kita stop dulu dech hihihi..Meneruskan perjalanan saya, akhirnya saya sampai di Gedung Parlemen Hungaria. Bangunannya khas desain Eropa Timur tentunya, tinggi dan kotak-kotak tapi gede bangeeeet, dengan halaman luas dan patung seorang jenderal menunggang kuda di depannya. Beberapa prajurit dengan uniform warna hijau khas musim dingin berjaga-jaga. Duh sebenarnya saya gampang meleleh lo liat mas-mas berbadan besar berseragam hijau militer..#eh :p. Mau diceritain gedung sejarahnya? nggak usah lah ya..udah cukup sejarah panjang tadi saya ceritain. Tapi kalau masih penasaran dengan sejarahnya, kamu bisa klik disini, sebuah blog yang lengkap informasinya dan enak dibacaa. Hehe saya pun baca kok dari sini. Hehm, saya langsung berasa jadi mahasiswa politik seketika. hihihi..Beberapa foto aja kali ya buat ceritanya. Sebenarnya, foto-foto yang saya ambil itu adalah dari sisi depan (atau belakang ya?) hahaha karena paling bagus sebenarnya jika diambil dari tepian sungai (dan jika diambil dari Buda Castle). Fyi, area ini luaaaaas banget dan nggak heran merupakan bangunan terbesar di Budapest dan Parliament Building terbesar di dunia.
yang jelas ini tampak samping :D

the Parliament Guard




the statue of Francis II Rákóczi





the statues of Lajos Kossuth
hehe hasil minta tolong sepasang touris dari Asia

hehehe kesampaian megang salju
*nggak penting banget

rent a bike!
Yak, akhirnya di tengah-tengah area Parliament Building inilah saya ketemu dengan Anton dan Putri, dan kita meneruskan jalan-jalan bersama-sama. Rupanya Anton dan Putri belum ke Freedom Square, jadilah kami kembali menyusuri rute yang sama dengan yang saya lalui tadi. Eh tapi rupanya ada yang kelewat belum saya foto, hihihi ada hikmahnya juga yah. Jika tadi adalah soal sejarah, kali ini saya lebih tertarik bagaimana pemerintah Budapest mendorong atau mendukung sektor pariwisata. Iya donk ya, menyadari bahwa Budapest adalah salah satu tujuan wisata dunia, pemerintah lokal menyediakan sewa sepeda yang bisa dipakai kemanapun dengan biaya sewa yang terjangkau. Eits jangan salah. Sepeda-sepeda ini sudah teregistrasi dan bahkan ada pengamannya. Jadi kalau mau bawa kabur mikir-mikir dech hihihi..Sebenarnya selain sepeda, ada juga penyewaan Hoverboard yang model besar. Yah biar nggak capek jalan-jalan. Eh tapi kalau budget tipis ya mending jalan-jalan kaki aja lah, sehat :D Sebenarnya saya mengharapkan di Jakarta ada semacam ini, atau di kota-kota besar. Tapi potesi ilangnya kayaya cukup besar ya hahaha.


jangan takut salah jalan

ini yang tadi kelewatan difoto di Freedom Square

Angel Gabriel Monument

Monumen ini untuk memperingati korban-korban selama
pendudukan German (nah kaitan sejarah nya sama Nazi)
Hehee..gimana? Jalan-jalan di pusat kota Budapest nggak akan lepas dari yang namanya sejarah..belajar sejarah artinya adalah belajar tentang manusia, dan segala sifat kemanusiaannya. :D


Lelah berputar-putar menelusuri sejarah, saya, Putri dan Anton kembali ke area St. Stephan Bassilica, tujuan utamanya adalah Chrismast Market buat mengisi perut. Umumnya Christmast Market, nggak ada yang beda kecuali makanan khas masing-masing negara. Well, for my own safety about halal food, i chose Salmon! Wah nggak disangka enak banget rasanya!

kebayang nggak? makan di ruang terbuka dengan suhu luar biasa
dinginnyaaaahhh...si putri aja sampe merah hidungnya haha
hehe yang ini dibungkus buat makan malam..enak banget!
Selesai mengisi perut, kami memutuskan untuk langsung ke Buda Castle, karena hari mendekati petang. Dari Elizabeth Square kami naik bus menuju Buda Castle. Seingat saya si, bus ini gratis. Mungkin sebagai salah satu fasilitas pemerintah untuk sektor pariwisata. Well, saya capek nich nulis-nulis panjang dan tentunya kalian cape kan bacanya ya..so enjoy the rest of the story by thousand pictureeeesss of Buda Castle! are you ready for the photo bomb? nggak denk dikit kok :D
masuk lewat pintu samping :p
abis bisnya tau-tau stop di situ


sebelum masuk, liat-liat pemandangan dulu..putih semua..




yuk, masuk :)



hehehe boleh lah ya photo dulu :p
the statue of King Stephen menghadap ke Matthias Church
Matthias Church
ada spot dimana turis bisa berfoto dengan Eagle
huhuhu..ternyata ditutup matanya, pantes jinak
I'm not a pet activist but for sure this wasn't right
kind of exploiting animal for benefits


Parliament Building dari atas Buda Castle
hehe nggak sempet ngedit biar terang dikit

Antrian untuk masuk ke Buda Castle melalui Matthias Church
inside the Matthias Church








ini si sepertinya makam Raja :D nggak ngerti maksud tulisannya




ornamen-ornamen kebesaran kerajaan ini
disimpan di lantai 2, pengunjung boleh melihat
dari dekat maupun ambil foto
mahkota dan tongkat raja





hehehe nggak boleh berisik :p

barang-barang bersejarah peninggalan jaman kerajaan baheula


 selesai dari Matthias Church, saya pergi ngikutin peta..






clearly written there in English, jadi nggak perlu lagi ya saya tulis apaan ini *alesan :D











jelang malam, makin dingiiiiiiiiin abisss! :(




Statue of Andras Hadik



di sini sempat bingung mau belok kemana-kemana. ketika itu saya mau ke bunker bawah tanah bekas rumah sakit, serem si tapi penasaran. Udah bolak balik ngikutin map nggak ketemu2 ternyata tutup..weh kecele :(
all in white :)


ups! it's me! *abaikan :D
another statue
sepertinya Budapest identik dengan ksatria berkuda ya :D

maghrib :D




setapak biru :)
a romance walk




leyeh-leyeh dulu


ini adalah reruntuhan instana yang tampaknya akan dibangun kembali..




 nah sampai sini, kamera tablet habis...poor mee...akhirnya ngandelin lah Blackberry 9300 yang tersisa..sambil berharap henpon masih bisa untuk menghubungi Putri dan Anton, karena lagi-lagi terpisah..well, I would say..that I'm not a good companion maybe :D berikut beberapa hasil jepretan BB Keppler 9300










Sebenernya, saya sempet mengunjungi National Gallery atau yang dalam bahasa lokalnya adalah Magyar Nemzeti Galleria. Tentu dengan membayar tiket tambahan. Sayangnya, kamera tidak diijinkan untuk mengabadikan gambar, jadi nggak ada gambar dech. Kurang lebih, isi National Gallery di Budapest tidak jauh berbeda dengan National Gallery di Warsaw maupun di Prague Castle. Sedikit yang membedakan adalah National Gallery Budapest menyajika koleksi dari berbagai era, mulai dari jaman abad 15, abad pertengahan, sampai jaman Rennaisance juga ada. Anak jaman sekarang mungkin bakal terkagum-kagum juga kali ya haha..Di Gallery area, terutama di lantai dasar ada cafe lounge untuk beristirahat sebenarnya, tapi karena masih dalam rangka nyari-nyari putri dan Anton, saya pun mengurungkan niat ngupi2 atau nyoklat2 sruput..hihi. Seperti biasa, kebiasaan membeli souvenir seperti sebuah kewajiban. Saya membeli postcard :D
Singkat cerita, saya memutuskan kembali ke depan Matthias Church dimana secara ajaib, Anton berhasil menemukan saya dengan alat telekomunikasi yang udah kelap kelip, sementara Putri menunggu di kafe. Fiuh..bersama kesulitan selalu ada kemudahan ya hahaha...kami pun segera pulang ke penginapan untuk beristirahat, packing dan balik ke Belanda besok pagi.

Thank you for Anton dan Putri for the amazing journey. Jangan kapok jalan-jalan sama gue ya :p big hug! Alles bedankt!
hehehe Később találkozunk :p
*muka udah kusut banget haha

*PS. bersambung ke sebuah epilog :D

No comments:

Post a Comment

Banda Neira - Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (Live)

I'm just not brave enough to say, I love you..   mungkin memang hal bodoh tapi setidaknya biarkan semua hadir dan muncul dalam ingatanku...