Saturday, January 31, 2015

A Short Escape in Winter 2014 (Part 4): Terlalu pagi tiba di Praha

photo credits by Anton Tarigan

Pukul 4 dinihari waktu setempat, setelah 10 jam perjalanan dari Warsaw menggunakan Polski Bus, adalah waktu ketika kami tiba di ÚAN Florenc, Prague. Kota tujuan kedua dalam Eastern Europe Trip pada winter 2014. Cuaca dingin yang lumayan menusuk tulang tidak terlalu saya rasakan. Sempat heran, kok ruang tunggunya gini amat ya? kecil dan tampak renovasi sana sini belum selesai. Dan weeeeeeh...toiletnya dikonciiiii...huft huft! apa dech, toilet pake dikunci segala..terlihat beberapa wajah bete penumpang gara-gara ini hahah..Tapi, bersama-sama dengan mayoritas penumpang yang memilih untuk tetap berada di di dalam terminal  menunggu pagi, membuat lelah sedikit berkurang. 

"Fiuuuuuh, still some more destinations ahead..couldn't be more excited than this", batin saya. 



hihi dapet harta karun Cheko :D
Ketika jarum bergerak ke arah angka 5, kami memutuskan untuk turun ke stasiun. Ya, kereta adalah alternatif transportasi publik yang murah dan cepat untuk menuju stasiun kami. Stasiun masih sepi ketika kami turun, tapi geliat aktifitas orang-orang mulai terasa. Kami kebingungan ketika di stasiun ternyata tidak ada money changer. Fyi, Chezch Republic menggunakan mata uang sendiri meskipun mereka tergabung dalam Uni Eropa, yaitu mata uang Koruna. Mata uang Koruna ini disimbolkan dengan Kč. Fiuuuh..rupanya susah sekali menukar uang pagi-pagi di stasiun, ditambah ternyata tidak ada money changer. Diputuskanlah untuk tarik tunai di atm. Tapiii..lagi-lagi, uang yang keluar dari atm nominalnya besar. Sementara, tiket kereta hanya bisa dibeli di mesin dan itupun menggunakan koin. Aaah..hampir putus asa. Kami lalu mencoba untuk mendapatkan uang pecahan koin dengan cara membeli kue dengan harapan dapat kembalian koin. Tapi, si tokonya karena baru buka belum punya kembalian. Hikz..we were tired already! Kami pun sudah mencoba untuk menukar uang ke salah satu calon penumpang, sayangnya dia hanya punya uang koin yang hanya cukup untuk dia membeli tiket. Duuuh...hampir kehabisan ide gimana caranya dapat uang koin..(mengamen? Nggak terpikir sama sekali hahaha). Lalu..bak ada cahaya yang menyeruak di balik awan, nggak disangka, tiba2 saya mengenali sosok yang baru turun tangga! I met Ramya! Dia adalah temen kuliah saya dan hihihi jujur saya agak lupa namanya (maklum, jarang ngobrol dan baru beberapa bulan kuliah bareng). For me, Ramya was like a savior angel in Prague! Segera saya peluk Ramya dan tanya, how she got the ticket and the coins. She explained, that the money changer was in the main bus station up the stairs! Also you can got the ticket from the shop next to money changer. Ya ampuuuun! Jadi tempat tadi kami turun dan menunggu subuh itu hanya sebuah transit kecil persis di pintu masuk belakang terminal, padahal di sebelahnya adalah main loby. Huhuhu, terlebih main lobynya ternyata sangat nyaman dan luas! How stupid i was! Hahahaha..akibat terlalu pagi tiba di Prague 😅. Ramya really like an angel in Prague! Big thanks, Ramya! (Miss you!).

Jadi nich, travellers! Ada sedikit tips kalau mau ngetrip ke kota yang belum pernah dikunjungi sama sekali.
Pertama, sebuisa mungkin sampai di kota tujuan jangan pagi2 buta ataupun larut malam, terlebih tengah malam! Rempong! Karena umumnya toto2 tutup, money changer tutup, bahkan toilet pun ada yang tutup. Beberapa pengalaman temen bahkan terminal, stasiun, atau airportnya ikutan tutup! See!
Kedua, browsinglah di google nggak cuma info berupa tulisan tapi juga imagenya. Biar familiar dulu sama suasananya, lokasi dan lay outnya. At least punya gambaran bakal kaya gimana nanti.
Dan terakhir, cek cek mata uang yang dipakai! Syukur2 sebelum nyampe udah tuker di kota sebelumnya.

Ok lanjut ceritanya yes? Hihi..akhirnya kami berhasil membeli tiket dan naik kereta dari stasiun Florenc ke stasiun I.P. Pavlova dan jalan kaki menuju hostel. Advantage Hostel kami pilih letaknya yang strategis (di Prague 2), dekat dengan stasiun kereta bawah tanah I.P. Pavlova dan juga dekat dengan city centre. Selain harganya yang sangat pas dengan budget para backpackers, hostel ini memiliki fasilitas wifi dan sarapan gratis yang sangat lumayan lengkap. Fyi, untuk breakfast kamu bisa memilih roti ataupun cereal, lengkap dengan minuman susu, kopi, ataupun teh dan tersedia pula buah. Meskipun terdiri dari 3 lantai dan nggak ada liftnya, tapi hotel ini cukup nyaman dan bersih. I would strongly recommend you to stay at this hostel when you visit Prague. Dan singkatnya kami pun sampai ke hostel dengan lelahnya. Walaupun sebelumnya nyasar nyasar dikit gara2 gps dan internet kadang kurang bisa kerja sama. Oy tips tambahan. Biasanya di stasiun, terminal ataupun airport ada peta kota gratis. Mah peta ini wajib diambil, karena bisa berguna kalau gpsmu offline. Umumnya check in hotel adalah di atas jam 12 (biasanya si jam 2 siang). Tapi sebagai tempat tujuan wisata dunia, hostel-hostel di Prague sudah memahami kebiasaan par turis. Mereka tetap akan menerima turis yang datang sebelum jam chek-in meskipun mereka belum bisa menempati kamar. Jadi, ada tempat penyimpanan luggage (koper, tas, ransel) selama belum mendapat kamar. Jadi biasanya, turis yang datang lebih awal akan menitipkan barang bawaan mereka, dan mereka pun akan langsung jalan-jalan menikmati kota. Mereka akan kembali ketika waktu check-in sudah diperbolehkan. Karena saya belum shalat subuh, saya meminta izin untuk meminjam satu ruangan untuk shalat. Ah si mbak petugasnya baik sekali membolehkan saya untuk shalat di salah satu kamar yang kosong (tapi belum dirapikan). Eeh tapi si mbak cantik ini sempet diomelin juga sama rekannya karena meminjamkan ruangan ke tamu asing, karena itu nggak ada di aturan mereka. Ah saya jadi kasihan sama mbaknya, tapi akhirnya si rekan kerja ini paham bahwa saya hanya menggunakan ruangan itu untuk beribadah. Setelah saya selesai shalat dan menitipkan barang, kami langsung cuzz untuk jalan-jalan menikmati Prague. Kali ini kami lebih santai, karena kami akan berada di kota ini selama 3 hari dua malam.

Berikut beberapa destinasi yang saya kunjungi dengan travel mates saya, Anton dan Putri.

Vitkov Hill

Jan Žižka Monument at Vitkov Hill
Vitkov Hill adalah sebuah bukit yang sebenarnya terletak tidak jauh dari stasiun kereta atau stasiun bus Florenc M. Dari situ kita bisa naik bus jalur 509 turun di Tachovské náměstí atau jalan kaki kurang lebih 20 menit (lumayan gemfor si menurut saya). Bukit ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Republik Cheko dan terdapat National Memorial Monument. Dari kejauhan monumen ini sebenarnya sudah bisa dikenali melalui patung seorang pahlawan yang sedang menaiki kuda. Ini adalah monumen untuk menghormati Jan Žižka yang pada tahun 1420 berperang melawan pasukan kekaisaran Roma di bukit ini. Selain monumen, di Vitkov Hill juga terdapat exhibition hall dan museum shop.
Sebenarnya untuk menuju puncak bukit, aksesnya cukup mudah. Jalanan sudah beraspal dan bisa dilalui oleh kendaraan roda empat, dan ada tempat parkir yang cukup luas di depan museum. Tapii..rupanya berjalan kaki pun lumayan membuat capek. Tapi jangan khawatir fellas, di tengah jalan ada banyak pemandangan yang sayang kalau terlewatkan. Lumayan buat ngaso dikit ambil nafas hihihi..Sampailah akhirnya kami di puncak bukit. Wow, pemandangannya fantastis. Rumah-rumah bergaya arsitektur khas eropa timur dengan warna atap didominasi warna terakota (warna ini disebut terakota karena mirip dengan warna patung prajurit terakota). Bahkan ada spot tertentu yang mengingatkan saya pada sebuah film berjudul Unstoppable yang dibintangi oleh Denzel Washington. Ya, ada jalur kereta yang membelok yang sedikit mirip dengan jalur kereta pada salah satu adegan di film tersebut. Tentunya film ini tidak mengambil adegan di Prague hihi. Haha random banget ya ingatan saya. Sedikit yang saya sesalkan yaitu saya nggak kepikiran untuk mengambil video di sini, padahal pemandangannya lumayan cantik. Tapi saya sudah cukup puas dengan banyaknya foto yang saya ambil.

Setelah sekitar 2 jam menghabiskan waktu di Vitkov Hill, kami memutuskan untuk kembali ke Hostel untuk beristirahat sebentar dan bersih-bersih badan. Kriuuuuuuk…Huft, rupanya perut protes minta segera diisi. Beruntunglah, tadi sebelum kami mendaki bukit, kami melihat sebuah restoran Vietnam. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di restoran tersebut. Dan yaaaaaaay..alhamdulillaah ketemu nasi! Hihihi walaupun sudah sekian bulan tinggal di Belanda, perut saya masih perut local Indonesia yang selalu kangen sama nasi. Saya memilih menu vegetarian demi menjaga kehalalan, karena belum tentu daging meskipun beef atau lamb disembelih secara halal. Hehe nggak papa lah jadi vegetarian yang flexible hahah..

Old Town Square
  
Museum Nasional Prague
*photo credit by Anton Tarigan
Ini adalah tujuan kedua di hari pertama kami tiba di Prague. Dengan berjalan kaki, kami menyusuri jalanan kota Prague menuju Old Town square mengandalakan city map dan gps offline dari Trip Advisor. Dari hostel tempat kami menginap, pemberhentian pertama adalah National Museum Prague di Wenceslas Square. Tapi karena kami sampai disana malam, kami tidak bisa masuk dan harus puas hanya dengan berfoto di depannya. Tapi jangan salah sangka, justru nich gedung Museum Nasional Prague di malam hari sangat cantik dengan dominasi warna keemasan dan biru berpadu dengan bentuk bangunannya yang cantik. Nggak dipungkiri memang, daya tarik Eropa pada umumnya adalah arsitektur gedung-gedungnya. Godaan yang tidak bisa dihindarin untuk tidak berfoto di depannya. 
St. Wenceslas Monument

Di depan gedung parlemen ada monumen yang dikenal sebagai St. Wenceslas Monumen. Monumen ini terdiri dari patung seorang penunggang kuda (again) yaitu St. Wenceslas, sang pelindung kota dan empat patung pelindung lainnya yaitu St. Ludmila di sebelah kiri, St. Agnes di belakangnya, St. Procopius di sebelah kanan and St. Adalbert di belakangnya. Monumen ini dibangun oleh Josef Vaclav Myslbek antara tahun 1887 dan 1924 (sumber: prague.cz). Di bawah monumen ada banyak lilin yang dipasang dan juga berbagai berbagai foto dan taburan bunga. Saya tidak begitu paham, tapi samar-samar yang saya pahami adalah monumen ini dijadikan tempat orang untuk berdo'a juga, mungkin karena monumen ini adalah monumen para pelindung Cheko. Selain itu, saat kami disana, ada juga lilin-lilin yang dipasang di depan monumen sebagai penghormatan kepada presiden pertama Republik Cheko Vaclav Havel yang meninggal pada tanggal 18 Desember 2011.



Oy, persis di depan gedung Museum Nasional dan Wenceslas Monument ini sedang ada Christmas Market. Ini mirip dengan pasar malam dadakan menjelang Idul Fitri di Indonesia. Suasanya sangat indah dengan hiasan lampu-lampu yang warna-warni. Saya mencoba satu makanan khasnya, yaitu Trdelnik. Ini adalah roti tradisional dan sweet pastrynya Cheko yang berupa roti gulung panggang dengan lubang besar di tengahnya dan ditaburi gula pasir dan bubuk cinnamon atau kayu manis. Rasanya sangaaat lezat! Tekstur kue ini semacam puff pastry (atau mirip dengan cinamon roll) tapi memiliki teksur yang lebih padat. Selain itu, ada juga minuman khas Natal sebenarnya, namanya Glühwein. Tapi karena itu terbuat dari alcohol yang dipanaskan, saya tidak mencicipinya. Tapi Anton dan Putri ketagihan hhaha..maklum, mereka boleh minum. Di Chrismast Market ini, saya, Anton, dan Putri mencoba sebuah permainan memukul koin dengan palu untuk dibentuk souvenir. Saya pikir palunya enteng ya, secara si mas bule penjaga boothstandnya gampang banget mukulnya. Wealaaah ternyata berat banget! Setelah kesekian kalinya memukul baru saya dikatakan berhasil! yaa mungkin karena saya yang lemah hahaha..

Melanjutkan perjalanan menuju Old Twon Square, ternyata ada seorang street singer sedang unjuk kebolehan di ujung jalan. Jangan dibayangin mirip pengamen-pengamen ala pengamen bis ibukota. Street Singer ini membawa peralatan sound system yang lumayan memadai dan bermain piano dengan sangat baik. Lagu yang dia bawakan saat itu adalah lagunya One Republic yang berjudul "Apologize". Huhuhu..langsung dech baper gw..hikz..eh hahaha ternyata ada sepasang penonton yang sangat menikmati lagunya ;)  Eh saking saya sangat menikmati lagu ini, sampai tidak menyadari kalau Putri dan Anton ternyata sudah jalan lagi. Weh jadi anak hilang seketika dech. Ya sudahlah, kebetulan di dekat situ ada took souvenir, dan mampirlah saya untuk melihat-lihat dan membeli beberapa souvenir. Ya, saya suka sekali membeli souvenir sebagai memories tambahan bahwa saya pernah ke tempat ini, hihi..supaya ada bukti ke anak cucu hahahaha *nggak segitunya juga si. Selesai di toko souvenir, saya dengan pede aja ngikutin arus jalannya orang-orang dengan keyakinan kalau Putri dan Anton pasti mengambil rute yang sama. Hihihi nggak dinyana, malah ketemu dengan mereka di Sex Machine Museum hahahaha. Walaupun beberapa kali ke Amsterdam dan hal ini sudah umum di Amsterdam, tapi saya tetap merasa geli dengan sex shop maupun sex museum.
the Astronomical Clock
Kami kemudian melajutkan perjalanan menuju Old Town Square. Ternyata di sana pun ada Chrismast Market yang lebih besar. Namun yang menarik perhatian saya adalah Astronomical Clock Tower yang berada di Old City Hall.  Saya kira tadinya ini adalah jam analog besar yang menujukkan waktu 24 jam karena mirip dengan mesin pada jam analog besar. Jam astronomi ini merupakan sebuah jam besar dengan mekanisme khusus untuk menunjukkan informasi yang terkait dengan astronomi seperti posisi matahari, bulan, zodiak dan terkadang formasi beberapa planet besar. Astronomical clock ini berkembang sejak jaman Dinasti Song di China dan semakin berkembang pada jaman para astronom muslin seperti Al Jazari dan Ibnu Sathir. Hihihi informasi tentang Astronomical Clock Prague ini saya dapatkan dari Wikipedia, karena penasaran apa sebenarnya Astronomical Clock ini.

between the astronomical Clock and the Two Towers of Kostel Matky Boži před Týnem
Nggak disangka, tiba-tiba kami dikejutkan dengan adanya pesta kembang api di atas dua tower Parish Church of the Mother of God before Týn atau sering juga diterjemahkan sebagai Church of Our Lady before Týn. Dalam bahasa Cheko disebut bernama Kostel Matky Boži před Týnem. Hihihi panjang beut ya nama gerejanya. Walaupun sederhana dan sebentar, tapi percikan dan ledakan kembang api warna warni di langit malam hari di atas tower gereja bergaya Gothic ini sangat indah. Di Old Town Square ini, saya, Putri dan Anton juga menyempatkan diri untuk berfoto dengan sepasang kakak tua jambul putih. Hihihi agak takut-takut sebenarnya saya membiarkan kakaktua itu bertengger di tangan saya, tapi karena jinak saya jadi merasa nyaman. Karena bagi Putri dan Anton, malam itu adalah malam Natal bagi mereka, kami menutup malam itu dengan makan malam di salah satu restoran yang masuk rekomendasi Trip Advisor. Hihihi pasti malam Natal, mereka kangen kumpul bersama keluarga. Jadi yah mudah-mudahan makan malam bertiga ini bisa menggantikan makam malam natal keluarga. Cheers! Seperti biasa saya pesan menu vegetarian (yang kali ini adalah terong panggang dengan taburan minyak zaitun dan onion. Rasanya? hahaha yang penting makan) dan orange juice.

Prague Castle

the Lobkowicz Palace
Di hari kedua, kami memilih Prague Castle sebagai tujuan utama. Dengan naik kereta dari I.P. Pavlova dan mengambil stop di Malontraska kemudian lanjut jalan kaki sekitar 8 menit, akhirnya kami tiba di Prague Castle. Oya selama dua hari ini, kami menggunakan tiket transportasi 24 jam yang bisa dipakai untuk segala moda transportasi. Nggak disangka, ternyata di Prague Castle ini ada museum yang menyimpan naskah-naskah karya asli dua komponis besar yang saya kagumi. Demi kenyamanan dan interest masing-masing, akhirnya kami memutuskan untuk split dan bertemu kembali di di depan gerbang kastil setelah makan siang (yaah molor molor dikit nggak papa hihi). Yeaay, saya segera membeli tiket di Lobkowicz Palace, yaitu museum dimana naskah-naskan music klasik itu berada. Lobkowicz Palace ini adalah property pribadi keluarga bangsawan Lobkowicz, termasuk semua koleksi yang berada di dalamnya. Sayangnya kamera tidak diperbolehkan dibawa masuk dan harus dititipkan termasuk cell phone. Enaknya museum di sini, tidak perlu pemandu, karena pengunjung akan disediakan semacam i-pod untuk mendengarkan penjelasan tentang isi museum yang bisa dipilih sendiri oleh pengujung bahasanya. Di museum itu tersedia beberapa ruangan dengan tema-tema yang berbeda, antara lain sejarah keluarga Lobkowicz, ruang persenjataan, lukisan para bangsawan, dan tentu saja ruang penyimpanan naskah-naskah asli Mozart dan Bethoven. Yang saya kagumi adalah bahwa naskah-naskah itu masih tersimpan dan terawat dengan baik. Jika beruntung, kita bisa menyaksikan pertunjukan orchestra yang membawakan music-musik klasik tersebut. Sayangnya, ketika saya disana, pertunjukan tersebut sedang dibooking oleh sebuah rombongan dan tidak dibuka untuk umum. Lagipula, saya terlambat datangnya hihi..mereka sangat disiplin, tidak boleh seseorang masuk ketika pertunjukan sedang berlangsung.

toy museum tapi patung depannya gini hihi
Di area Prague Castle, ada museum mainan untuk anak-anak. Tapi yang menggelikan, di depan toys museum ada patuh seorang pria telanjang bulat. Lebih mengherankan, alat vital tersebut memiliki material dan warna yang berbeda, sehingga cukup mencolok. Hahaha..nggak habis pikir saja saya, depan toy museum yang notabene banyak pengunjung anak-anaknya kok ada patung telanjang hahaha. Melanjutkan perjalanan di kastil Prague, saya masuk ke dalam kastil dan sempat memotret beberapa koleksi di masing-masing ruangan. Prague Castle ini memiliki koleksi kehidupan beberapa era, mulai dari koleksi baju raja-raja dan keluarga bangsawan, persenjataan perang dan symbol-symbol kerajaan, alat-alat untuk membuat senjata, ruang penyiksaan tawanan, baju-baju perang, dapur, ruang keluarga, bilik pengobatan dan kelahiran (semacam rumah sakit), menjahit, laundry (cuci baju), ruang memutar film jaman dulu lengkap dengan koleksi roll filmnya dan foto atau poster bintang filmnya, dan beberapa koleksi-koleksi lainnya. Di tengah saya menjelajahi koleksi Prague Castle, saya sempat mencoba permainan salah satu alat perang jadul, yaitu panah. Setelah mendapat instruksi, saya diberi kesempatan 3 kali untuk menembak. Hehehe lumayan lah dapat poin 80 dari 100 poin. Hihi, saya sempat meminta tolong pengunjung yang antri di belakang saya untuk memotret saya ketika memanah. Heheh makasih ya mas bule.. ;)
Hehehe...mayan pernah pegang panah...

St. Vitus Cathedral at Prague Castle
Keluar dari Kastil, saya menuju Castle Centre, dimana terdapat sebuah katedral yang sangat besar dan indah bernama Cathedral of St. Vitus. Pada saat itu, sedang ada pertunjukan kecil tentang kelahiran Yesus. Apa yang saya ingat suasana pada saat itu adalah langit biru musim dingin, cahaya matahari yang menerpa katedral mengubah warna coklat katedral menjadi keemasan, sangat indah! Sampai sekarang kadang nggak percaya, kalau saya pernah ada disana. Allah itu Maha Besar, menciptakan manusia dengan sedemikian sempurnanya dengan akal dan daya imajinasi yang luar biasa sehingga bisa membangun bangunan sedemikian indahnya. Satu hal yang saya acungi jempol adalah, soal sampah. Bersiiiiih sekali dari sampah. Meskipun crowded dan banyak pengunjung, nggak ada sampah berserakan. Jadi kalau di Indonesia ada kerumunan atau tempat wisata selalu ada sampah, dimanakah letak persoalannya? :p bisa dijawab sendiri ya. Oya di Prague Castle ini ada beberapa penjaga atau guardian yang berpakaian lengkap. Hehe saya mau ngajak foto, malu plus nggak enak. Soalnya mereka sama sekali nggak tersenyum dengan siapapun. Wew, serius banget ya ngejalanin tugasnya hahaha. Tar kalau diajakin selfie, marah lagi hahaha.
St. Vitus Cathedral dari samping

^_^ I've been here

The Charles Bridge

gerbangnya the Charles Bridge
in the middle of Charles Brige
*photo credit by Anton Tarigan
Ini adalah destinasi kedua di hari kedua. Sebenarnya ini tidak direncanakan, karena kami hanya mengikuti arus orang jalan kaki sambal menikmati suasana kota. Sebelumnya tanpa disangka kami bertemu dengan salah seorang teman kuliah Putri. Kami pun memutuskan untuk bergabung. Aaargghh, di sini batere kamera saya habis dan saya tidak memiliki baterai cadangan. Akhirnya saya hanya mengandalkan kamera tablet, itupun baterainya sudah warning. Hikz..sedihnya. Saya pun menggantungkan diri pada kamera Anton kalau ada perlu buat foto hahaha. Oya, ini adalah jembatan yang melintasi sungai Vitava dan dibangun sejak tahun 1357 pada pemerintahan Raja Charles IV, dan selesai 45 tahun kemudian. Di jembatan ini terdapat 30 patung yang terdapat di sisi kanan kirinya. Hihi karena malam hari jadi nggak begitu jelas siapa-siapanya. Nggak banyak yang bisa saya ceritakan kecuali ramenya orang menghabiskan liburan mereka di malam hari. Sebenarnya ada boat tour, tapi karena mengingat budget yang makin menipis, kami memutuskan cukup berjalan-jalan di jembatan saja hihihi.

Proper Italian Dinner di Old Town Square


 




Haha ini adalah pengalaman yang cukup menggelikan. Ceritanya, saya, Anton dan Putri merasa lapar. Namun kami malas untuk kembali ke restaurant yang kemarin. Saya ingin sekali makan ikan, dan pilihannya pun jatuh ke restoran Italia di Old Town Square. Sekali-sekalilah makan mahal sambil menikmati malam hari di Old Town Square (untuk kedua kalinya hihi). Seorang waitress menyambut kami dengan ramah, dan mencarikan tempat yang hangat. Di restoran ini, tersedia pemanas dan juga selimut duduk. Jadi meskipun udara dingin menusuk, kami tetap bisa menikmati hangatnya makan malam. Saya memesan Salmon steak, sedangkan Anton dan Putri memesan menu lainnya. Well, agak rempot memang untuk makan di sebuah negara dimana muslim sangat minoritas. Jarang sekali menemukan restoran yang menyediakan menu halal. Jadi sebagai alternative, saya memilih menu ikan atau vegetarian, meskipun saya juga nggak tau bagaimana dapurnya. Tapi bismillah. Bukanlah Islam itu memudahkan? Sejauh saya berhati-hati dan menjaga diri. Karena di Prague ini pun saya jarang menemukan restoran turki atau menu kebab turki. Tidak sebanyak ketika di Belanda atau di Warsaw sebelumnya.

Naaah..back to the story. Jadi gelinya itu gini, pas menawari makan sampai menyajikan menu, si mas-mas tersebut ramah sekali. Bahkan sampai beberapa kali menanyakan apakah ada yang kurang dari rasa makanannya atau menginginkan menu lainnya. Tapi, hihihi…ketika kami membayar dan saya bilang kami membayar dengan card, dan menyebutkan jumlah service tipsnya, si mas-mas itu langsung cemberut dan nggak ada senyumnya lagi. Meskipun dia tetap mengucapkan terima kasih (kami juga). Keluar dari restoran, kami seketika nyadar dan tertawa sendiri, “jangan-jangan tips yang kita kasih tadi kuraaaaaaaang” bhahahahha…..soalnya kalau di belanda, saya sendiri memang jarang ngasih tips ke waitress. Haha karena itu kadang sudah include di billnya. Hahahaha…geli aja. Jadi nich, fellas! Tips kalau mau makan di restoran di luar negeri, jangan ragu dech kalau mau nanya apakah tips sudah include atau belum, dan kalau perlu tanya aja berapa persen. Umumnya si 10% dari tagihan, tapi buktinya si masnya tetap cemberut. Hahaha…Selesai makan malam, kami memutuskan untuk kembali ke hostel. Karena besoknya kami akan melanjutkan peralanan ke Bratislava.

Epilog of the Prague Chapter


jejak langkah di Prague

Taradaaaa…! Kesimpulan dari chapter ini adalah, bahwa dua hari di Prague telah memberikan pengalaman yang sangat berbeda dari Warsaw. Diluar numpang wifi gratis di Starbuck dengan alibi beli kopi (karena wifi gratis nggak sebanyak di Belanda, hiks), perpaduan yang fantastis antara arsitektur bangunan rumah dan gedung dengan warna-warna yang didominasi warna cream pada dinding bangunan dan terakota pada atapnya, kontur kota yang berbukit-bukit, dan bahasa local khas eropa timur yang seksi menjadikan Prague memiliki daya tarik tersendiri. Cantik yang klasik kalau menurut saya. Dominasi music dan seni akhirnya menjawab pertanyaan saya kenapa film dan music Cheko begitu popular di tahun 60an. Juga kenapa film Surat dari Prague mengambil latar belakang music dan opera.

Tapi di sisi lain, hal yang jarang sekali saya jumpai ketika saya di Belanda adalah, di Prague ini beberapa kali saya temui tunawisma yang tidur di stasiun. Bahkan saya pernah bertemu dengan seorang senior citizen yang terlihat memeriksa isi tempat sampah. Duh, ini membuat saya berpikir mekanisme jaminan sosial di negara ini seperti apa ya. Apakah mereka menjamin sepenuhnya warganya? kalaupun iya, kenapa masih ada tunawisma di jalanan? atau mungkinkah mereka para imigran yang tidak terdaftar? (a question that needs an answer).

tiket harian untuk segala moda transportasi publik
Untuk transportasi, di Prague ini sudah menggunakan tiket yang terintegrasi. Kita bisa memilih tiket sesuai dengan kebutuhan kita. Misal saya memilih tiket 24 jam yang berlaku sejak diaktifkan karena saya pasti akan banyak menggunakan transportasi untuk berkeliling kota Prague. Menurut saya, ini lebih praktis dan bermanfaat daripada setiap kali naik kendaraan publik saya harus membeli tiket. Kepikiran, alangkah lebih efisien dan tentunya rapi kalau di Jakarta memakai sistem seperti ini. Tapi tantangannya, apakah berbagai moda transportasi (ojek, bemo, bajay, angkot, kopaja, metromini, trans jakarta, atau pun kereta) bisa berintegrasi? kalaupun iya tentunya penghasilan para pengemudi menjadi pertimbangan tersendiri. Pasti akan sulit untuk merubah mindset yang sudah bertahun-tahun melekat. jadi gimana donk?




salah satu stasiun kereta bawah tanah di Prague
bersih dan nyaman ya?
Oy, di Prague saya sempat membeli koper ukuran cabin baggage karena saya yakin, dengan souvenir yang sudah dibeli, pasti ransel saya nggak muat. Lagipula, badan rasanya nggak sanggup menggedong volume ransel yang bertambah hahaha (sok-sokan pake ransel ala backpacker sich). Jadi tips lagi nich, fellas! Kalau jalan-jalan, nggak perlu bawa baju atau barang seabreg, sisakan ruang yang cukup untuk oleh-oleh. Kalau tidak, beresiko ngeluarin budget tambahan untuk membeli luggage tambahan, belum lagi bagasi tambahan kalau naik pesawat nanti. Hahaha! Tapi kalau mau bawa koper si enak-enak aja, nggak berat punggung! Hehehe..

tempat pembuangan sampah sesuai jenisnya
location: Vitkov Hill
Ups ada yang kelupaan. Ngomong-ngomong soal sampah seperti yang sudah saya singgung di atas, ketika saya ke Vitkov Hill, saya menemukan tempat pembuangan sampah yang terdiri dari beberapa drum (hihi nggak tau istilahnya). Kalau di belanda, saya biasanya menemukan rata-rata 4 tempat dengan spesifikasi jenis sampah masing-masing. tapi ini drum yang ke 5 ternyata adalah untuk sampah elektronik. Dan saya kagum, kesadaran masyarakat di sini untuk membuang sampah sesuai jenis sampahnya sangat tinggi. Tidak heran, kalau jalanan terlihat bersih dan rapi. Saya membayangkan kapan Jakarta dan kota-kota lainnya bisa seperti ini. Someday, for sure! :)






 Gimana? kalau bersih rapi enak kan ngeliatnya?

salah satu kreatifitas warga di vitkov Hill

Haahahha tapi ada juga ternyata yang iseng beginiiiii.....hahaha

Karena Bratislava udah ditulis pertama kali dalam trip nekat ini (klik here to see my previous story about Bratislava), jadi..see you on the next chapter, Budapest!


Puuut...plesternya ganggu banget dech bhahaha..
kelakuan ketika terlalu pagi tiba di Prague
*photo credit by Putri Pangaribuan

No comments:

Post a Comment

Banda Neira - Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (Live)

I'm just not brave enough to say, I love you..   mungkin memang hal bodoh tapi setidaknya biarkan semua hadir dan muncul dalam ingatanku...