ÚAN Florenc, Prague. Kota tujuan kedua dalam Eastern Europe Trip pada winter 2014.
weeeeeeh...toiletnya dikonciiiii...huft huft! apa dech, toilet pake dikunci segala..terlihat beberapa wajah bete penumpang gara-gara ini hahah..Tapi, b
Fiuuuh..rupanya susah sekali menukar uang pagi-pagi di stasiun, ditambah ternyata tidak ada money changer. Diputuskanlah untuk tarik tunai di atm. Tapiii..lagi-lagi, uang yang keluar dari atm nominalnya besar. Sementara, tiket kereta hanya bisa dibeli di mesin dan itupun menggunakan koin. Aaah..hampir putus asa. Kami lalu mencoba untuk mendapatkan uang pecahan koin dengan cara membeli kue dengan harapan dapat kembalian koin. Tapi, si tokonya karena baru buka belum punya kembalian. Hikz..we were tired already! Kami pun sudah mencoba untuk menukar uang ke salah satu calon penumpang, sayangnya dia hanya punya uang koin yang hanya cukup untuk dia membeli tiket. Duuuh...hampir kehabisan ide gimana caranya dapat uang koin..(mengamen? Nggak terpikir sama sekali hahaha). Lalu..bak ada cahaya yang menyeruak di balik awan, nggak disangka, tiba2 saya mengenali sosok yang baru turun tangga! I met Ramya! Dia adalah temen kuliah saya dan hihihi jujur saya agak lupa namanya (maklum, jarang ngobrol dan baru beberapa bulan kuliah bareng). For me, Ramya was like a savior angel in Prague! Segera saya peluk Ramya dan tanya, how she got the ticket and the coins. She explained, that the money changer was in the main bus station up the stairs! Also you can got the ticket from the shop next to money changer. Ya ampuuuun! Jadi tempat tadi kami turun dan menunggu subuh itu hanya sebuah transit kecil persis di pintu masuk belakang terminal, padahal di sebelahnya adalah main loby. Huhuhu, terlebih main lobynya ternyata sangat nyaman dan luas! How stupid i was! Hahahaha..akibat terlalu pagi tiba di Prague 😅. Ramya really like an angel in Prague! Big thanks, Ramya! (Miss you!).
Ok lanjut ceritanya yes? Hihi..akhirnya kami berhasil membeli tiket dan naik kereta dari stasiun Florenc ke stasiun I.P. Pavlova dan jalan kaki menuju hostel.
Advantage Hostel kami pilih letaknya yang strategis (di Prague 2), dekat dengan stasiun kereta bawah tanah I.P. Pavlova dan juga dekat dengan city centre. Selain harganya yang sangat pas dengan budget para backpackers, hostel ini memiliki fasilitas wifi dan sarapan gratis yang sangat lumayan lengkap. Fyi, untuk breakfast kamu bisa memilih roti ataupun cereal, lengkap dengan minuman susu, kopi, ataupun teh dan tersedia pula buah. Meskipun terdiri dari 3 lantai dan nggak ada liftnya, tapi hotel ini cukup nyaman dan bersih.
I would strongly recommend you to stay at this hostel when you visit Prague. Dan singkatnya kami pun sampai ke hostel dengan lelahnya. Walaupun sebelumnya nyasar nyasar dikit gara2 gps dan internet kadang kurang bisa kerja sama.
Oy tips tambahan. Biasanya di stasiun, terminal ataupun airport ada peta kota gratis. Mah peta ini wajib diambil, karena bisa berguna kalau gpsmu offline. Umumnya check in hotel adalah di atas jam 12 (biasanya si jam 2 siang). Tapi sebagai tempat tujuan wisata dunia, hostel-hostel di Prague sudah memahami kebiasaan par turis. Mereka tetap akan menerima turis yang datang sebelum jam chek-in meskipun mereka belum bisa menempati kamar. Jadi, ada tempat penyimpanan luggage (koper, tas, ransel) selama belum mendapat kamar. Jadi biasanya, turis yang datang lebih awal akan menitipkan barang bawaan mereka, dan mereka pun akan langsung jalan-jalan menikmati kota. Mereka akan kembali ketika waktu check-in sudah diperbolehkan. Karena saya belum shalat subuh, saya meminta izin untuk meminjam satu ruangan untuk shalat. Ah si mbak petugasnya baik sekali membolehkan saya untuk shalat di salah satu kamar yang kosong (tapi belum dirapikan). Eeh tapi si mbak cantik ini sempet diomelin juga sama rekannya karena meminjamkan ruangan ke tamu asing, karena itu nggak ada di aturan mereka. Ah saya jadi kasihan sama mbaknya, tapi akhirnya si rekan kerja ini paham bahwa saya hanya menggunakan ruangan itu untuk beribadah. Setelah saya selesai shalat dan menitipkan barang, kami langsung cuzz untuk jalan-jalan menikmati Prague. Kali ini kami lebih santai, karena kami akan berada di kota ini selama 3 hari dua malam.
Berikut beberapa destinasi yang saya kunjungi dengan travel mates saya, Anton dan Putri.
Vitkov Hill
 |
Jan Žižka Monument at Vitkov Hill |
Vitkov Hill adalah sebuah bukit yang sebenarnya terletak tidak jauh dari stasiun kereta atau stasiun bus Florenc M. Dari situ kita bisa naik bus jalur 509 turun di Tachovské náměstí atau jalan kaki kurang lebih 20 menit (lumayan gemfor si menurut saya). Bukit ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Republik Cheko dan terdapat National Memorial Monument. Dari kejauhan monumen ini sebenarnya sudah bisa dikenali melalui patung seorang pahlawan yang sedang menaiki kuda. Ini adalah monumen untuk menghormati Jan Žižka yang pada tahun 1420 berperang melawan pasukan kekaisaran Roma di bukit ini. Selain monumen, di Vitkov Hill juga terdapat exhibition hall dan museum shop.

Sebenarnya untuk menuju puncak bukit, aksesnya cukup mudah. Jalanan sudah beraspal dan bisa dilal
ui oleh kendaraan roda empat, dan ada tempat parkir yang cukup luas
di depan museum. Tapii..rupanya berjalan kaki pun lumayan membuat capek. Tapi
jangan khawatir fellas, di tengah jalan ada banyak pemandangan yang sayang
kalau terlewatkan. Lumayan buat ngaso dikit ambil nafas hihihi..Sampailah
akhirnya kami di puncak bukit. Wow, pemandangannya fantastis. Rumah-rumah
bergaya arsitektur khas eropa timur dengan warna atap didominasi warna terakota
(warna ini disebut terakota karena mirip dengan warna patung prajurit
terakota). Bahkan ada spot tertentu yang mengingatkan saya pada sebuah film berjudul Unstoppable
yang dibintangi oleh Denzel
Washington. Ya, ada jalur kereta yang membelok yang sedikit mirip dengan
jalur kereta pada salah satu adegan di film tersebut. Tentunya film ini tidak mengambil
adegan di Prague hihi. Haha random banget ya ingatan saya. Sedikit yang saya
sesalkan yaitu saya nggak kepikiran untuk mengambil video di sini, padahal
pemandangannya lumayan cantik. Tapi saya sudah cukup puas dengan banyaknya foto yang saya ambil.
Setelah sekitar 2 jam menghabiskan waktu di
Vitkov Hill, kami memutuskan untuk kembali ke Hostel untuk beristirahat
sebentar dan bersih-bersih badan. Kriuuuuuuk…Huft, rupanya perut protes minta
segera diisi. Beruntunglah, tadi sebelum kami mendaki bukit, kami melihat
sebuah restoran Vietnam. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di restoran
tersebut. Dan yaaaaaaay..alhamdulillaah ketemu nasi! Hihihi walaupun sudah
sekian bulan tinggal di Belanda, perut saya masih perut local Indonesia yang
selalu kangen sama nasi. Saya memilih menu vegetarian demi menjaga kehalalan,
karena belum tentu daging meskipun beef atau lamb disembelih secara halal. Hehe
nggak papa lah jadi vegetarian yang flexible hahah..
Old Town Square
Ini adalah tujuan kedua di hari pertama kami tiba di Prague.
Dengan berjalan kaki, kami menyusuri jalanan kota Prague menuju Old Town square mengandalakan city map dan gps offline dari
Trip Advisor. Dari hostel tempat kami menginap, pemberhentian pertama adalah National Museum Prague di Wenceslas Square. Tapi karena kami sampai disana malam, kami tidak bisa masuk dan harus puas hanya dengan berfoto di depannya. Tapi jangan salah sangka, justru nich gedung Museum Nasional Prague di malam hari sangat cantik dengan dominasi warna keemasan dan biru berpadu dengan bentuk bangunannya yang cantik.
Nggak
dipungkiri memang, daya tarik Eropa pada umumnya adalah arsitektur
gedung-gedungnya.
Godaan yang tidak bisa
dihindarin untuk tidak berfoto di depannya.
 |
St. Wenceslas Monument |
Di depan gedung parlemen ada monumen yang dikenal sebagai St. Wenceslas Monumen. Monumen ini terdiri dari patung seorang penunggang kuda (again) yaitu St. Wenceslas, sang pelindung kota dan empat patung pelindung lainnya yaitu St. Ludmila di sebelah kiri, St. Agnes di belakangnya, St. Procopius di sebelah kanan and St. Adalbert di belakangnya. Monumen ini dibangun oleh Josef Vaclav Myslbek antara tahun 1887 dan 1924 (sumber:
prague.cz). Di bawah monumen ada banyak lilin yang dipasang dan juga berbagai berbagai foto dan taburan bunga. Saya tidak begitu paham, tapi samar-samar yang saya pahami adalah monumen ini dijadikan tempat orang untuk berdo'a juga, mungkin karena monumen ini adalah monumen para pelindung Cheko. Selain itu, saat kami disana, ada juga lilin-lilin yang dipasang di depan monumen sebagai penghormatan kepada presiden pertama Republik Cheko Vaclav Havel yang meninggal pada tanggal 18 Desember 2011.
Oy, persis di depan gedung Museum Nasional dan Wenceslas Monument ini sedang ada Christmas Market. Ini
mirip dengan pasar malam dadakan menjelang Idul Fitri di Indonesia. Suasanya
sangat indah dengan hiasan lampu-lampu yang warna-warni. Saya mencoba satu
makanan khasnya, yaitu Trdelnik. Ini adalah roti tradisional dan sweet
pastrynya Cheko yang berupa roti gulung panggang dengan lubang besar di
tengahnya dan ditaburi gula pasir dan bubuk cinnamon atau kayu manis. Rasanya
sangaaat lezat! Tekstur kue ini semacam puff pastry (atau mirip dengan cinamon roll) tapi memiliki teksur yang lebih padat. Selain itu, ada juga minuman khas Natal sebenarnya, namanya Glühwein. Tapi karena itu terbuat dari alcohol yang dipanaskan, saya tidak mencicipinya. Tapi Anton dan Putri ketagihan hhaha..maklum, mereka boleh minum. Di Chrismast Market ini, saya,
Anton, dan Putri mencoba sebuah permainan memukul koin dengan palu untuk
dibentuk souvenir. Saya pikir palunya enteng ya, secara si mas bule penjaga
boothstandnya gampang banget mukulnya. Wealaaah ternyata berat banget! Setelah kesekian
kalinya memukul baru saya dikatakan berhasil! yaa mungkin karena saya yang
lemah hahaha..

Melanjutkan perjalanan menuju Old Twon Square, ternyata ada
seorang street singer sedang unjuk kebolehan di ujung jalan. Jangan dibayangin
mirip pengamen-pengamen ala pengamen bis ibukota. Street Singer ini membawa peralatan sound system yang lumayan memadai dan bermain piano dengan sangat baik. Lagu yang dia bawakan saat itu adalah lagunya One Republic yang berjudul "
Apologize". Huhuhu..langsung dech baper gw..hikz..eh hahaha ternyata ada sepasang penonton yang sangat menikmati lagunya ;) Eh saking saya sangat menikmati lagu ini, sampai tidak menyadari kalau Putri dan Anton ternyata
sudah jalan lagi. Weh jadi anak hilang seketika dech. Ya sudahlah, kebetulan di
dekat situ ada took souvenir, dan mampirlah saya untuk melihat-lihat dan
membeli beberapa souvenir. Ya, saya suka sekali membeli souvenir sebagai
memories tambahan bahwa saya pernah ke tempat ini, hihi..supaya ada bukti ke
anak cucu hahahaha *nggak segitunya juga si. Selesai di toko souvenir, saya
dengan pede aja ngikutin arus jalannya orang-orang dengan keyakinan kalau Putri
dan Anton pasti mengambil rute yang sama. Hihihi nggak dinyana, malah ketemu
dengan mereka di Sex Machine Museum hahahaha. Walaupun beberapa kali ke
Amsterdam dan hal ini sudah umum di Amsterdam, tapi saya tetap merasa geli dengan sex shop maupun sex museum.
 |
the Astronomical Clock |
Kami
kemudian melajutkan perjalanan menuju Old Town Square. Ternyata di sana pun ada
Chrismast Market yang lebih besar. Namun yang menarik perhatian saya adalah Astronomical
Clock Tower yang berada di Old City Hall. Saya kira tadinya ini adalah jam analog besar
yang menujukkan waktu 24 jam karena mirip dengan mesin pada jam analog besar. Jam
astronomi ini merupakan sebuah jam besar dengan mekanisme khusus untuk
menunjukkan informasi yang terkait dengan astronomi seperti posisi matahari,
bulan, zodiak dan terkadang formasi beberapa planet besar. Astronomical clock
ini berkembang sejak jaman Dinasti Song di China dan semakin berkembang pada
jaman para astronom muslin seperti Al Jazari dan Ibnu Sathir. Hihihi informasi
tentang Astronomical Clock Prague ini saya dapatkan dari Wikipedia, karena
penasaran apa sebenarnya Astronomical Clock ini.
Prague Castle
 |
the Lobkowicz Palace |
Di hari kedua, kami memilih Prague Castle sebagai tujuan utama. Dengan naik kereta dari I.P. Pavlova dan mengambil stop di Malontraska kemudian lanjut jalan kaki sekitar 8 menit, akhirnya kami tiba di Prague Castle.
Oya selama dua hari ini, kami menggunakan tiket transportasi 24 jam yang bisa dipakai untuk segala moda transportasi. Nggak disangka, ternyata di
Prague Castle ini ada museum yang menyimpan naskah-naskah karya asli dua
komponis besar yang saya kagumi. Demi kenyamanan dan interest masing-masing,
akhirnya kami memutuskan untuk split dan bertemu kembali di di depan gerbang
kastil setelah makan siang (yaah molor molor dikit nggak papa hihi). Yeaay,
saya segera membeli tiket di Lobkowicz Palace, yaitu museum dimana
naskah-naskan music klasik itu berada. Lobkowicz Palace ini adalah property pribadi
keluarga bangsawan Lobkowicz, termasuk semua koleksi yang berada di dalamnya. Sayangnya
kamera tidak diperbolehkan dibawa masuk dan harus dititipkan termasuk cell
phone. Enaknya museum di sini, tidak perlu pemandu, karena pengunjung akan
disediakan semacam i-pod untuk mendengarkan penjelasan tentang isi museum yang
bisa dipilih sendiri oleh pengujung bahasanya. Di museum itu tersedia beberapa
ruangan dengan tema-tema yang berbeda, antara lain sejarah keluarga Lobkowicz,
ruang persenjataan, lukisan para bangsawan, dan tentu saja ruang penyimpanan
naskah-naskah asli Mozart dan Bethoven. Yang saya kagumi adalah bahwa
naskah-naskah itu masih tersimpan dan terawat dengan baik. Jika beruntung, kita
bisa menyaksikan pertunjukan orchestra yang membawakan music-musik klasik
tersebut. Sayangnya, ketika saya disana, pertunjukan tersebut sedang dibooking
oleh sebuah rombongan dan tidak dibuka untuk umum. Lagipula, saya terlambat
datangnya hihi..mereka sangat disiplin, tidak boleh seseorang masuk ketika
pertunjukan sedang berlangsung.
 |
toy museum tapi patung depannya gini hihi |
Di area Prague Castle, ada museum mainan untuk anak-anak.
Tapi yang menggelikan, di depan toys museum ada patuh seorang pria telanjang
bulat. Lebih mengherankan, alat vital tersebut memiliki material dan warna yang
berbeda, sehingga cukup mencolok. Hahaha..nggak habis pikir saja saya, depan
toy museum yang notabene banyak pengunjung anak-anaknya kok ada patung
telanjang hahaha. Melanjutkan perjalanan di kastil Prague, saya masuk ke dalam
kastil dan sempat memotret beberapa koleksi di masing-masing ruangan. Prague
Castle ini memiliki koleksi kehidupan beberapa era, mulai dari koleksi baju raja-raja
dan keluarga bangsawan, persenjataan perang dan symbol-symbol kerajaan, alat-alat
untuk membuat senjata, ruang penyiksaan tawanan, baju-baju perang, dapur, ruang
keluarga, bilik pengobatan dan kelahiran (semacam rumah sakit), menjahit,
laundry (cuci baju), ruang memutar film jaman dulu lengkap dengan koleksi roll
filmnya dan foto atau poster bintang filmnya, dan beberapa koleksi-koleksi
lainnya. Di tengah saya menjelajahi koleksi Prague Castle, saya sempat mencoba
permainan salah satu alat perang jadul, yaitu panah. Setelah mendapat
instruksi, saya diberi kesempatan 3 kali untuk menembak. Hehehe lumayan lah
dapat poin 80 dari 100 poin. Hihi, saya sempat meminta tolong pengunjung yang
antri di belakang saya untuk memotret saya ketika memanah. Heheh makasih ya mas
bule.. ;)
 |
Hehehe...mayan pernah pegang panah... |
 |
St. Vitus Cathedral at Prague Castle |
Keluar dari Kastil, saya menuju Castle Centre, dimana
terdapat sebuah katedral yang sangat besar dan indah bernama Cathedral of St.
Vitus. Pada saat itu, sedang ada pertunjukan kecil tentang kelahiran Yesus. Apa
yang saya ingat suasana pada saat itu adalah langit biru musim dingin, cahaya
matahari yang menerpa katedral mengubah warna coklat katedral menjadi keemasan,
sangat indah! Sampai sekarang kadang nggak percaya, kalau saya pernah ada disana.
Allah itu Maha Besar, menciptakan manusia dengan sedemikian sempurnanya dengan
akal dan daya imajinasi yang luar biasa sehingga bisa membangun bangunan
sedemikian indahnya. Satu hal yang saya acungi jempol adalah, soal sampah.
Bersiiiiih sekali dari sampah. Meskipun crowded dan banyak pengunjung, nggak
ada sampah berserakan. Jadi kalau di Indonesia ada kerumunan atau tempat wisata
selalu ada sampah, dimanakah letak persoalannya? :p bisa dijawab sendiri ya.
Oya di Prague Castle ini ada beberapa penjaga atau guardian yang berpakaian
lengkap. Hehe saya mau ngajak foto, malu plus nggak enak. Soalnya mereka sama
sekali nggak tersenyum dengan siapapun. Wew, serius banget ya ngejalanin
tugasnya hahaha. Tar kalau diajakin selfie, marah lagi hahaha.
 |
St. Vitus Cathedral dari samping |
 |
^_^ I've been here |
The Charles Bridge
 |
gerbangnya the Charles Bridge |
Ini adalah destinasi kedua di hari kedua. Sebenarnya ini
tidak direncanakan, karena kami hanya mengikuti arus orang jalan kaki sambal menikmati
suasana kota. Sebelumnya tanpa disangka kami bertemu dengan salah seorang teman
kuliah Putri. Kami pun memutuskan untuk bergabung. Aaargghh, di sini batere
kamera saya habis dan saya tidak memiliki baterai cadangan. Akhirnya saya hanya
mengandalkan kamera tablet, itupun baterainya sudah warning. Hikz..sedihnya.
Saya pun menggantungkan diri pada kamera Anton kalau ada perlu buat foto
hahaha. Oya, ini adalah jembatan yang melintasi sungai Vitava dan dibangun
sejak tahun 1357 pada pemerintahan Raja Charles IV, dan selesai 45 tahun
kemudian. Di jembatan ini terdapat 30 patung yang terdapat di sisi kanan kirinya. Hihi karena malam hari jadi nggak begitu jelas siapa-siapanya. Nggak banyak yang bisa saya ceritakan kecuali ramenya
orang menghabiskan liburan mereka di malam hari. Sebenarnya ada boat tour, tapi
karena mengingat budget yang makin menipis, kami memutuskan cukup
berjalan-jalan di jembatan saja hihihi.
Proper Italian Dinner di Old Town Square




Haha ini adalah pengalaman yang cukup menggelikan. Ceritanya,
saya, Anton dan Putri merasa lapar. Namun kami malas untuk kembali ke restaurant
yang kemarin. Saya ingin sekali makan ikan, dan pilihannya pun jatuh ke
restoran Italia di Old Town Square. Sekali-sekalilah makan mahal sambil
menikmati malam hari di Old Town Square (untuk kedua kalinya hihi). Seorang waitress menyambut kami dengan
ramah, dan mencarikan tempat yang hangat. Di restoran ini, tersedia pemanas dan
juga selimut duduk. Jadi meskipun udara dingin menusuk, kami tetap bisa
menikmati hangatnya makan malam. Saya memesan Salmon steak, sedangkan Anton dan
Putri memesan menu lainnya. Well, agak rempot memang untuk makan di sebuah
negara dimana muslim sangat minoritas. Jarang sekali menemukan restoran yang
menyediakan menu halal. Jadi sebagai alternative, saya memilih menu ikan atau
vegetarian, meskipun saya juga nggak tau bagaimana dapurnya. Tapi bismillah.
Bukanlah Islam itu memudahkan? Sejauh saya berhati-hati dan menjaga diri.
Karena di Prague ini pun saya jarang menemukan restoran turki atau menu kebab
turki. Tidak sebanyak ketika di Belanda atau di Warsaw sebelumnya.
Naaah..back to the story. Jadi gelinya itu gini, pas menawari makan sampai menyajikan menu, si
mas-mas tersebut ramah sekali. Bahkan sampai beberapa kali menanyakan
apakah ada yang kurang dari rasa makanannya atau menginginkan menu lainnya.
Tapi, hihihi…ketika kami membayar dan saya bilang kami membayar dengan card,
dan menyebutkan jumlah service tipsnya, si mas-mas itu langsung cemberut dan
nggak ada senyumnya lagi. Meskipun dia tetap mengucapkan terima kasih (kami
juga). Keluar dari restoran, kami seketika nyadar dan tertawa sendiri, “jangan-jangan
tips yang kita kasih tadi kuraaaaaaaang” bhahahahha…..soalnya kalau di belanda,
saya sendiri memang jarang ngasih tips ke waitress. Haha karena itu kadang
sudah include di billnya. Hahahaha…geli aja. Jadi nich, fellas! Tips kalau mau
makan di restoran di luar negeri, jangan ragu dech kalau mau nanya apakah tips
sudah include atau belum, dan kalau perlu tanya aja berapa persen. Umumnya si
10% dari tagihan, tapi buktinya si masnya tetap cemberut. Hahaha…Selesai makan
malam, kami memutuskan untuk kembali ke hostel. Karena besoknya kami akan
melanjutkan peralanan ke Bratislava.
Epilog of the Prague Chapter
 |
jejak langkah di Prague |
Taradaaaa…! Kesimpulan dari chapter ini adalah, bahwa dua
hari di Prague telah memberikan pengalaman yang sangat berbeda dari Warsaw. Diluar
numpang wifi gratis di Starbuck dengan alibi beli kopi (karena wifi gratis
nggak sebanyak di Belanda, hiks), perpaduan yang fantastis antara arsitektur
bangunan rumah dan gedung dengan warna-warna yang didominasi warna cream pada
dinding bangunan dan terakota pada atapnya, kontur kota yang berbukit-bukit,
dan bahasa local khas eropa timur yang seksi menjadikan Prague memiliki daya
tarik tersendiri. Cantik yang klasik kalau menurut saya. Dominasi music dan
seni akhirnya menjawab pertanyaan saya kenapa film dan music Cheko begitu popular
di tahun 60an. Juga kenapa film Surat dari Prague mengambil latar belakang music
dan opera.
Tapi di sisi lain, hal yang jarang sekali saya jumpai ketika saya di Belanda adalah, di Prague ini beberapa kali saya temui tunawisma yang tidur di stasiun. Bahkan saya pernah bertemu dengan seorang senior citizen yang terlihat memeriksa isi tempat sampah. Duh, ini membuat saya berpikir mekanisme jaminan sosial di negara ini seperti apa ya. Apakah mereka menjamin sepenuhnya warganya? kalaupun iya, kenapa masih ada tunawisma di jalanan? atau mungkinkah mereka para imigran yang tidak terdaftar? (a question that needs an answer).
 |
tiket harian untuk segala moda transportasi publik |
Untuk transportasi, di Prague ini sudah menggunakan tiket yang terintegrasi. Kita bisa memilih tiket sesuai dengan kebutuhan kita. Misal saya memilih tiket 24 jam yang berlaku sejak diaktifkan karena saya pasti akan banyak menggunakan transportasi untuk berkeliling kota Prague. Menurut saya, ini lebih praktis dan bermanfaat daripada setiap kali naik kendaraan publik saya harus membeli tiket.
Kepikiran, alangkah lebih efisien dan tentunya rapi kalau di Jakarta memakai sistem seperti ini. Tapi tantangannya, apakah berbagai moda transportasi (ojek, bemo, bajay, angkot, kopaja, metromini, trans jakarta, atau pun kereta) bisa berintegrasi? kalaupun iya tentunya penghasilan para pengemudi menjadi pertimbangan tersendiri. Pasti akan sulit untuk merubah mindset yang sudah bertahun-tahun melekat. jadi gimana donk?
 |
salah satu stasiun kereta bawah tanah di Prague
bersih dan nyaman ya? |
Oy, di Prague saya sempat membeli koper ukuran cabin baggage
karena saya yakin, dengan souvenir yang sudah dibeli, pasti ransel saya nggak
muat. Lagipula, badan rasanya nggak sanggup menggedong volume ransel yang
bertambah hahaha (sok-sokan pake ransel ala backpacker sich). Jadi tips lagi
nich, fellas! Kalau jalan-jalan, nggak perlu bawa baju atau barang seabreg,
sisakan ruang yang cukup untuk oleh-oleh. Kalau tidak, beresiko ngeluarin
budget tambahan untuk membeli luggage tambahan, belum lagi bagasi tambahan
kalau naik pesawat nanti. Hahaha! Tapi kalau mau bawa koper si enak-enak aja,
nggak berat punggung! Hehehe..
 |
tempat pembuangan sampah sesuai jenisnya
location: Vitkov Hill |
Ups ada yang kelupaan.
Ngomong-ngomong soal sampah seperti yang sudah saya singgung di atas, ketika saya ke Vitkov Hill, saya menemukan tempat pembuangan sampah yang terdiri dari beberapa drum (hihi nggak tau istilahnya). Kalau di belanda, saya biasanya menemukan rata-rata 4 tempat dengan spesifikasi jenis sampah masing-masing. tapi ini drum yang ke 5 ternyata adalah untuk sampah elektronik. Dan saya kagum, kesadaran masyarakat di sini untuk membuang sampah sesuai jenis sampahnya sangat tinggi. Tidak heran, kalau jalanan terlihat bersih dan rapi. Saya membayangkan kapan Jakarta dan kota-kota lainnya bisa seperti ini. Someday, for sure! :)
Gimana? kalau bersih rapi enak kan ngeliatnya?
 |
salah satu kreatifitas warga di vitkov Hill |
 |
Haahahha tapi ada juga ternyata yang iseng beginiiiii.....hahaha |
Karena Bratislava udah ditulis pertama kali dalam
trip nekat ini (
klik here to see my previous story about Bratislava),
jadi..see you on the next chapter, Budapest!
 |
Puuut...plesternya ganggu banget dech bhahaha.. kelakuan ketika terlalu pagi tiba di Prague *photo credit by Putri Pangaribuan |
No comments:
Post a Comment