Ok, let’s go..
Memulai perjalanan pertama di Eastern Europe Trip adalah
Warsaw. Sesuai dengan schedule, tibalah kami di bandara Modlin. Bandara ini
bukanlah bandara utama yang melayani peerbangan pesawat2 besar. Modlin Airport
hanya melayani pesawat-pesawat kecil seperti Ryan Air yang saya naiki ini.
Penerbangan dari Eindhoven memakan waktu 1,5 jam ke Modlin. Kami langsung
menuju shuttle bus yang akan mengantar kami ke city centre Warsaw, dimana teman
saya Ilham akan menjemput kami. Pembayaran tiket bus sebelumnya kami lakukan
via online, jadi ketika akan naik bus kami hanya perlu untuk menunjukkan
tiketnya. Perjalanan cukup nyaman dan kebetulan tidak terlalu penuh. Kami
sempat bertanya kepada sepasang ayah dan anak apakah bus yang kami tumpangi
sudah betul destinasinya. Rupanya sang ayah tidak berbahasa inggris, sehingga
jawabannya ditranslate oleh si anak. Inilah kesan pertama tentang Eastern
Europe. Bahasa inggris belum menjadi Bahasa sehari-hari di sebagian besar
wilayah Eropa Timur. Sangat berbeda dengan Belanda dimana boleh dibilang semua
warganya dapat berbahasa inggris. Teman saya, Ilham, bercerita bahwa ketika
pertama kali tiba di Warsaw, agak sedikit mengalami kesulitan berkomunikasi
karena dia tidak bisa berbahasa Polish dan sebaliknya mereka juga tidak semua bias
berbahasa inggris. What an interesting experience!
Kembali lagi ke perjalanan kami, factor cuaca sudah kami
prediksi sebelumnya. Disambut dengan gerimis kecil ketika landing, dan hujan
yang cukup deras dalam perjalanan dari Modlin ke Warsaw lumayan membuat perut
saya mual. Tapi dengan selalu sedianya sachet kuning anti masuk angin membuat
perut saya cukup nyaman dan badan hangat. Akhirnya kurang lebih sejam kemudian,
sampailah kami di terminal… Tapi kami tidak langsug bertemu dengan Ilham. Agak sedikit lama kami menunggu, tapi
cukup untuk sekedar menghela nafas dan meletakkan barang2 berat. Pun masih di
tengah hujan.
Exactly! Coat panjang dan pria separuh baya
tinggi bertopi adalah ciri khas kota—kota di Eropa Timur dalam bayangan saya. Payung
dan coat panjang young lady, sepatu boot dan air hujan. What a perfect scenary for me. Saya hirup
dalam-dalam udara pertama saya di kota Warsaw…rasanya seperti waktu berhenti
berputar. Me..was standing on a city that I only dare to dream about..but it
was real..segaaaar sekali rasanya udara dingin saat itu. Walaupun sebenernya
boleh dibilang nggak banget. Bayangin aja, ada koper, tas gambol, tas
selempang, payung, hujan, becek, dan fyi..stopan busnya itu bukan halte, tapi
seperti semacam di alun2 yang nggak ada tempat duduk dan berteduh…bhahahha…langsung
buyar ya adegan syahdunya hahaha…Mana Ilham telatnya lumayan hahaha..walhasil
berbasah-basahan lah sudah. Tapi demi ingat janjinya mau dimasakin sup ceker
ayam, rasanya sudah dimaafkan keterlambatannya hahaha..
Tak lama kemudian, Ilham pun datang dan kami segera menuju
ke hostel yang sebelumnya sudah Ilham pesan untuk kami. Oy, sebelum kami menuju
hostel, kami melalui underground. Ini adalah jalur khusus pejalan kaki yang berada
di bawah tanah, tapi di dalamnya lebar dan banyak pertokoan atau kios-kios.
Kami menukarkan mata uang Euro ke mata uang local yaitu Zloti di salah satu
kios yang menurut Ilham paling bagus ratenya. Rate saat itu adalah 1 Euronya
dihargai 4 Zloti. Untuk menuju hostel, kami naik metro, semacam bus yang
dijalankan dengan listrik, mungkin mirip dengan tram tapi pendek.
Astaghfirullaah! Saya baru menyadari kalau di Warsaw, itu
lebih cepat 1 jam dari Belanda waktu shalatnya. Jam 4 sore kurang di Warsaw
sudah masuk waktu maghrib. Hiks..inilah salah satu tantangan muslim traveler,
tentang shalat. Walhasil setiba di hostel saya langsung pinjam ruangan untuk
shalat jamak, dhuhur dan ashar yang waktunya mepet banget sama maghrib..huft..sedih
juga rasanya kalau winter itu waktu shalat mepet2..kecuali dari isya ke subuh
yang panjangnya pake banget. Wajar aja si, karena Poland ini kan terletak di
utara, jadi siangnya lebih singkat dari malam. Ilham sudah memesan satu mix
dormitory room untuk kami. Terdri dari 3 buah bed tingkat, sehingga kapasitas
kamar adalah 6 orang. Roommates kami 3 lainnya adalah traveler dari Brasil. Bagi
sebagian orang mungkin aneh dan canggung untuk tidur sekamar dengan lawan
jenis, tapi bagi saya, selama saya bersama teman2 saya (ada satu perempuan
juga, Putri) dan saya tetap menjaga diri, insya Allah semua aman. Di
hostel-hostel dormitory room biasanya sudah otomatis para traveler menjaga
etika, jadi jangan khawatir akan hal-hal yang aneh. Tapi perlu waspada juga ya,
jaga diri dan barang2. Di kamar tersedia 6 buah locker untuk masing-masing
penghuni lengkap dengan kuncinya. Jadi nothing to worry about. Cuma yang saya
nggak nyaman, karena saya tidurnya di Kasur bawah, kadang kalau yang di atas
gerak-gerak, saya jadi terbangun hihihi…tapi so far enjoy aja si!
Back to trip, kami memutuskan untuk sekedar meletakkan tas
dan lanjut jalan walaupun di luar hujan dan gerimis bergantian dengan angin. Itu
semua tak menyurutkan semangat hari pertama bereksplorasi di Warsaw. Tujuan
pertama kami adalah mess Ilham untuk menikmati sop ceker yang ternyata cekernya
abiiiiiiiiiissss…..uuuuuufff…Ilhaaaaaam…! ah tapi nggak papa, ada sop ayam
sebagai gantinya ;) makasih, ilham..sudah jadi host yang baik hihihi…Oy, Ilham
tinggal di asrama mahasiswa. Untuk dapat masuk ke dormnya, kami harus
menitipkan student card kami ke guardnya dan beralasan bahwa kami sedang
kunjungan dalam rangka study (ngarange puool) hahha. Ilham bercerita, kalau di
Warsaw, sebaiknya perempuan dan bahkan laki-laki tidak berjalan sendirian. Karena tidak sedikit akan bertemu dengan
para pemabuk yang terkadang meminta uang. Duh, serem ya..tapi katanya si, kalau
sudah biasa dan tau bahasa lokal tidak perlu terlalu khawatir walaupun mending
nggak sendirian katanya. Lah?! Hahahah baiklah. We have you, man! Kataku.
Ok singkatnya, dari mess kami langsung menuju ke oldtown, tapi sebelumnya mampir dulu untuk sekedar pose di depan kampusnya Ilham. The University of Warsaw. Nggak sangkaaaaaa…ternyata kalau malam, pemandangan kota ini berubah jadi cantiiiiik banget dengan hiasan lampu sepanjang jalan. Cantiiiiiik beutz!! Untuk lampu-lampu jalan pun dihias sedemikian rupa mirip payung berpijar berwarna ungu. Dan di kanan kiri sidewalk ada berbagai bentuk ornamen hias dari lampu. Ada yang bentuknya kado besar, kubah, pohon natal, kereta thommas, dan bahkan kami menemukan pohon natal terbesar dan banyak kado…tinggal ambil (kalau bisa ;p )..hihihi..
Hujan??? nggak menyurutkan langkah kami hihi..walaupun di tengah jalan, nyerah juga buat ngangetin perut di salah satu kafe. Bhahahah..kami sempat ditegur oleh salah satu pengunjung untuk segera menutup pintu. Ya elah, mas bule…baru juga masuk mau kibas2 basah dulu, tar juga ditutup..dalam hati saya si hahaha…Wajar si dia negur, karena pintu kebuka dikit aja, wuzzz dingin menusuk langsung terasa. Hihihi..segera kami pesen coklat hangat dan cemilan cake untuk menghangatkan badan..di tengah keriuhan pengunjung yang saling bercengkerama dalam hangatnya suasana, entah mereka minum bir wine, atau coklat..malam ini hangat. Sambil saya melap kamera, saya menatap jendela di samping saya. Bulir air yang jatuh, kerlap-kerlip ornamen hiasan natal berbentuk Thomas si kereta, terkadang sepasang kekasih yang lewat bergandengan tangan, atau terkadang celoteh anak-anak yang sedang bermain terdengar. What i can say about Warsaw at that night was, romantic!
 |
location: Arcadia Shoppping Mall |
 |
location: Arcadia Shoppping Mall |
Satu hal yang membuat saya merasa kembali ke dunia modern adalah. Akhirnya saya menemukan mall di Warsaw! Ini beneran seperti di mall Jakarta. Bhahaha seketika berasa udik, karena di Belanda, jangan harap menemukan mall meskipun di Belanda took-toko brand ternama gampang di temukan. Apalagi kalau ke Roermond. Wah, seketika Warsaw membuat saya menjadi anak gaul mall lagi! Bhahaha lebhay ya? Emberrrr…tapi memang itulah yang saya tangkap akan kesan kota ini. Gedung-gedung tinggi besar siang hari, berubah jadi kota cantik di malam hari, sisi romantic di old town dengan lampu jingganya yang romantic.
 |
The Presidential Palace |
Hahaha saya nggak inget gimana urutan destinasi kami. Yang jelas, malam itu pengalaman yang sangat seru. Berfoto di depan istana kepresidenan, jadi fotografer dadakan sepasang kekasih yang fotonya saya janjikan saya kirim (dan sudah saya kirim), nyasar gara-gara GPS kehilangan orientasi. Nungguin bus di halte yang salah hahaha..jalan kaki melewati kumpulan pemain music di old town, makan kebab lagi kebab lagi karena restoran polish yang recommendednya penuh..hahaha almost midnight we went back to the hostel. We were pretty tired, but all were fun ever.
Keesokan paginya, destinasi kami adalah The National Museum in Warsaw atau yang dalam Bahasa Polish adalah Muzeum Norodowe w Warszawie. Salah satu hal yang saya syukuri, karena di museum nasional itu diperbolehkan membawa kamera meskipun tidak diperbolehkan menggunakan blitz atau flash. Bagi saya, sudah diperbolehkan untuk memotret saja sudah senang. Lukisan didominasi oleh sejarah penyebaran Katholik. Kebanyakan berisi lukisan dan patung. Tapi ada juga sejarah perjuangan bangsa polandia di masa perang dunia.
 |
The Battle of Grunwald |
Yang paling menarik perhatian saya adalah lukisan yang sangat besar yang ditempatkan dalam satu ruang khusus dimana di dalamnya tersedia kursi-kursi panjang layaknya sebuah ruang teater. Pengunjung dapat menikmati lukisan tersebut sambal duduk. Lukisan tersebut adalah the Battle of Grunwald karya Jan Matejko yang dilukis pada tahun 1878 dan berukuran 426 cm x 987 cm. Bisa dibayangkan besarnya kan? ;) Lukisan ini mengisahkan tentang Pertempuran Grundwald atau Pertempuran Pertama Tannenberg yang melibatkan Polandia, Lithuania, dan Jerman (waktu itu adalah Ksatria Teuton).
Lukisan ini terfokus pada kematian Grand Master Ksatria Teuton, yaitu Ulrich von Jungingen. Pertempuran ini sendiri merupakan salah satu pertempuran penting di Eropa abad pertengahan, yaitu terjadi pada tahun 1410. Pertempuran tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh aliansi tentara Polandia dan Lithuania. Hemh..rasanya memang tak habis mengagumi sejarah bercerita. Tapi tentang perang, tidak ada yang membahagiakan dari sebuah perang. Hanya ada luka kehilangan dan crita kemenangan.
 |
The Palace of Culture and Science |
aaah..rupanya kami terlalu lama berada di Nasional Museum, tapi saya tak lupa untuk membeli souvenir di sana dan post card khas museum hihihi. Mengejar waktu karena sorenya kami akan bertolak ke Praha, kami langsung bergegas ke salah satu gedung tertinggi di Warsaw, yaitu the Palace of Culture and Science atau dalam Bahasa Polishnya adalah Palac Kultury i Nauki. Tower ini berisi berbagai macam perusahaan, teater, gedung film, perpustakaan, pusat sains dan beberapa institusi public lainnya. Gedung ini dirancang oleh arsitek Soviet bernama Lev Rudnev bergaya Stalin yang terinspirasi sejarah Polandia dan berdekorasi gaya Amerika.
 |
Di kejauhan tampak Świętokrzyski Bridge |
Wow, multiculture banget ya. Gedung ini sangat cantic di tengah-tengah gedung-gedung tinggi lain yang berarsitektur modern. Untuk dapat naik ke tower paling atas, kami harus membayar tiket. Dan begitu sampai di atas, wow, angina kencang langsung berhembus. Tapi jangan khawatir, karena di sepanjang sisi tower dipasang jaring besi yang menghalangi pengunjung atau pun benda terlempar karena hembusan angin. Gaya arsitektur langit-langitnya mengingatkan saya pada novel-novel tentang kastil. Nggak ada lukisan atau ornamen apapun si, hanya bentuk dan warnanya terkesan old classic. Di tower ini kita bisa melihat ke segala penjuru kota Warsaw. Tersedia pula teropong untuk melihat di kejauhan. Untuk menggunakan teropong ini, kita perlu memasukkan sejumlah uang koin. Di kejauhan terlihat Vistula River, sungai yang sangat identik dengan Perang Dunia ke II, dimana pada awal tahun 1945 pasukan Rusia berhasil menyeberangi Sungai Vistula dan memukul mundur tentara Jerman Wehrmacht. Memang, Polandia sangat kental sejarahnya, baik Perang Eropa maupun Perang Dunia. Tapi melihat geliat kota yang modern, Warsaw tergolong kota yang cepat pulih dari sisa-sisa perang. Ini ditunjang karena Vistula River merupakan jalur utama perdagangan.
  |
minuman tradisional polandia di musim dingin |
 |
our handsome guide.. Ilhaaam! ^_^ |
Nggak terasa waktu makin sore. Sebelum meninggalkan Warsaw, kami akhirnya berhasil mampir ke salah satu restoran khas Polish, namanya Zapiecek Restaurant. Kami mencoba menu dumpling khas Poland, kalau saya sendiri memilih salmon dumpling. Tapi, ada satu wedangnya yang saya anggap mirip banget sama wedang secang hihihi..namanya saya lupa. Minuman itu membuat badan terasa hangat., surprisenya, ada cengkih di dalamnya. Wah jangan2 rempah-rempah ini diimpor dari Indonesia hihihi..Dan cuzz begitu selesai, kami langsung menuju terminal bus yang akan mengantar kami ke Praha. Dziękuję, Il
ham!
Warsaw, my first romantic city! *)3
Waaaah sepertinya saya sudah kepanjangan dech nulisnyaa…lebih baik throwback via gallery photos aja ya..please enjoy! ^_^
No comments:
Post a Comment